Sunday, November 14, 2021

Benarkah Bergantung Pada Suami, Melemahkan Posisi Isteri?


https://www.dakwatuna.com/

Pada pertengahan Oktober lalu, aku dibuat kaget dengan banyaknya berita suami menjual isterinya untuk layanan seks. Aku tulis gelisahku disini https://www.evaarlini.com/2021/10/kerusakan-moral-sistemik-para-suami-ini.html.

Lumayan banyak yang merespon tulisan itu. Mereka ikut tercengang mengetahui kenyataan tersebut. Satu komentar terkait tulisan itu kembali mengusikku untuk menulis tanggapan. Bukan lagi soal prilaku suami tak bermoral yang merusak kehormatan isterinya. Tapi mengenai sisi lain.

Pemberi komentar itu menyayangkan sikap isteri yang mengikuti ide gila suaminya, menjual jasa melayani lelaki lain. Menurutnya itu terjadi karena isteri sangat bergantung dengan suami. Bergantung bagaimana?

Karena ini soal uang, bisa kupastikan ia bermaksud mengatakan, sebuah kesalahan jika isteri tak mandiri secara keuangan. Isteri yang hidup hanya dari nafkah suami akan berujung pada kondisi buruk, diperlakukan semena – mena oleh suami. Kesimpulannya, untuk menjaga diri dari penindasan lelaki, sebaiknya para perempuan berusaha menghasilkan uang sendiri.

Pada situasi seperti sekarang ini, kita dibuat tak berdaya pada anggapan, semua perempuan harus bisa mandiri secara finansial. Disitulah letak harga dirinya. Disitulah letak kekuatannya. Fakta yang terjadi selama ini mendukung pendapat itu.

Dalam setiap lingkaran pertemananku setidaknya ada satu atau dua orang yang memiliki suami berperangai buruk.  Suami yang tidak memberi nafkah. Suami yang suka berkata kasar, bahkan memukul. Suami selingkuh.

Lebih banyak lagi suami yang tak mampu mendidik isteri. Dia sendiri tak solat. Dia tak pandai mengaji. Bahkan ada yang malah melarang isterinya menimba ilmu agama di pengajian.

Alasannya macam – macam. Takut isterinya lalai urusan rumah. Cemburu. Khawatir isteri ikut aliran sesat. Intinya banyak isteri dibuat tak nyaman oleh suaminya. Hemm, lelah aku mendengarnya. Sesak di dada. Begitu banyak pria mengalami krisis identitas hari ini.

Menghadapi pria – pria lemah karakter begitu, tak mungkin para isteri berdiam diri. Mau tak mau isteri terpaksa harus berperan ganda, ikut menghasilkan uang untuk membangun harga diri.

Peran itu dilakukan bersamaan dengan merawat rumah dan anak – anak. Sungguh berat. Dari permasalahan yang ada itulah orang – orang membuat penilaian, bahwa tidak bisa tidak, perempuan harus mandiri secara finasial.

Hal ini turut didukung oleh pemerintah. Mereka membuatkan lembaga kementerian khusus untuk pemberdayaan perempuan. Mereka mendukung dan mendorong perempuan untuk mandiri secara finansial.

***

Sebagai muslim, kita selayaknya selalu ingat bahwa standar menilai segala sesuatu adalah al Quran dan as Sunnah. Sebab Allah swt tak sekedar menciptakan kita. Allah swt telah mengutus para nabi dan Rasul untuk memperkenalkan Sang Pencipta.

Khusus kepada umat Nabi Muhammad saw, Allah swt turunkan syariah Islam dalam al Quran dan as Sunnah yang berperan mengatur hidup manusia. Allah swt berfirman dalam al Quran surat al Baqarah ayat 185:

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

***

Islam telah menjelaskan peran suami isteri dalam pengaturan urusan rumah tangga. Salah satu tugas suami adalah memberi nafkah (biaya hidup) pada isteri dan anaknya.

Allah SWT berfirman: “Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istri) dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah 233).

Rasulullah SAW bersabda: “Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).’’ (HR Muslim 2137).

Maka dalam Islam, tak ada istilah isteri bergantung pada nafkah suami. Seluruh manusia bergantung pada nikmat yang diberikan Allah swt. Artinya, suami dan isteri bergantung kepada Allah swt.

Jadi tidak benar bergantung pada suami melemahkan posisi isteri. Isteri tak perlu segan meminta hak nafkah pada suami. Suami pun tak berhak semena – mena pada isteri hanya karena ia memenuhi semua kebutuhan isteri.

***

          Ketika kenyataan hari ini memperlihatkan banyak suami yang tak bisa diandalkan, bahkan menyakiti isteri, hal itu memang salah. Namun tak berarti letak kesalahannya adalah paham patriarki, hingga solusinya perempuan harus bekerja.

Sebenarnya perempuan bekerja dalam Islam boleh – boleh saja. Hanya saja cara berpikirnya yang perlu diperbaiki. Tidak ada keharusan bagi perempuan untuk bekerja. Perempuan boleh bekerja, artinya tidak bekerja pun tak mengapa.

Harga diri isteri tak diukur dengan standar uang, melainkan ketaatan pada Allah swt. Sama halnya dengan suami, perannya sebagai pemimpin tak membuatnya lebih hebat dari isteri. Suami dinilai baik jika dia taat pada Allah swt dengan memperlakukan isteri secara baik.

***

          Dalam kasus suami yang jual isteri untuk layanan seks, sudah ku tuliskan, bahwa mereka lakukan itu efek kesulitan ekonomi dan terpapar pornografi.

Dalam sistem kapitalis sekuler saat ini, kesulitan ekonomi memang menjadi problem banyak orang. Walaupun tetap, tak bisa dibenarkan kesulitan ekonomi jadi alasan prilaku amoral.

Tetapi himpitan ekonomi berkaitan dengan problem pendidikan. Dimana orang – orang yang nekat berbuat jahat seperti para suami berotak mesum itu sangat mungkin tak memperoleh hak pendidikan.

Toh, pendidikan kita hari ini memang tak mampu mewujudkan pribadi – pribadi baik secara massal. Orang – orang berpendidikan seperti warga kampus juga banyak yang melakukan pelecehan seksual. Hal ini masih ditambah peran pornografi yang sangat mudah bermunculan saat ini.

Kenapa?

Ya karena kebebasan berprilaku diakui di negeri ini. Sementara agama sebagai aturan hidup terpinggirkan. Inilah kehidupan sekuler yang sedang dijalani oleh masyarakat kita hari ini.

Bila benar – benar mendalami permasalahan asusila di masyarakat, sekaligus mengkomparasikannya dengan Islam, kita bisa ngeh dengan akar masalahnya.

Ini bukan tentang belum terwujudnya kesetaraan gender. Namun ini semua soal penerapan sistem buatan manusia asal barat, yang penuh kekurangan dan kelemahan, sehingga membawa kerusakan.


Info Menarik: Raja Baclink Tawarkan Backlink Berkualitas, Agar Website Jadi Teratas

0 Comments

Post a Comment