Pasca operasi karena mengalami
kehamilan di luar rahim pertama kali pada April tahun 2013 lalu, aku tidak
mendapatkan keterangan yang memuaskan mengenai sebab terjadinya kasus itu
padaku. Saat aku bertanya, “Itu kenapa ya dok?”
Dokter hanya menjawab, “Iya bisa”. Sudah begitu saja.
Sekitar tiga bulan kemudian aku
melakukan USG ke sebuah rumah sakit khusus ibu dan anak. Hasil USG bagus. Lalu
dokter merekomendasikanku untuk melakukan pemeriksaan HSG di sebuah
laboratorium. Menurutnya itu cara terbaik mengetahui masalah pada saluran tuba.
Kehamilan di luar rahim berhubungan erat dengan masalah di saluran tuba.
Secara pengertiannya, HSG atau
Histerosalpingografi merupakan model pemeriksaan menggunakan sinar Rontgen
(sinar-X) untuk melihat kondisi rahim dan daerah sekitarnya seperti saluran
telur.
Saat itu biaya pemeriksaan HSG
sekitar satu juta. Kebetulan keuangan kami saat itu sedang tidak memungkinkan
membiayai pemeriksaan itu. Jadilah HSG tertunda hingga berjalan sekitar 4
tahun. Pada tahun 2017, setelah kondisi keuangan kami makin membaik aku pun
pergi ke laboratorium untuk cek HSG.
Prosedur HSG yang aku ingat
saat itu, aku diminta memperbaharui surat pengantar dari dokter. Tidak bisa
memakai surat rekomendasi empat tahun lalu. Aku juga diminta datang di hari ke
sepuluh dihitung dari haid pertama. Lab mengatakan dari dokter yang merujuk
nanti akan dikasih obat untuk kebutuhan HSG ini.
Ternyata tidak ada obat dari
dokter. Hanya surat pengantar saja. Aku pun menjalani pemeriksaan. Ku rasakan
proses pemeriksaan itu sangat menyakitkan. Terutama saat ada cairan yang
ditembakkan ke dalam perutku, itu rasanya seperti senggugutan berkali kali
lipat.
Sebelumnya dokter yang melakukan
pemeriksaan memang bilang, aku akan merasakan setengah sakitnya melahirkan.
Ntah mungkin karena tidak ada obat dari dokter perujuk atau memang harus begitu
aku pun tak tahu. Pasca pemeriksaan seharian aku lemas tak berdaya.
Setelah mendapat hasilnya aku
kembali kepada dokter kandungan itu. Dokter bilang saluran tuba-ku bagus, tidak
ada masalah. “Oh, berarti masalah di saluran tuba yang menyebabkanku hamil di
luar rahim sudah tidak ada”, Pikirku.
“Selanjutnya bagaimana dok?”
Tanyaku
“Bawa suami kesini. Kita
lakukan pemeriksaan sperma suami. Jika ternyata ada masalah dalam hal jumlah
atau kekuatan, maka kita bisa bantu untuk inseminasi.”
Inseminasi adalah salah satu
prosedur medis untuk membantu sperma langsung mencapai saluran indung telur
(tuba falopi) hingga terjadi pembuahan dan kehamilan.
Ku sampaikan hal ini kepada
suamiku. Namun tidak begitu ditanggapi. Sebab suamiku yakin tidak ada masalah
padanya. Terbukti di tahun 2013 kemarin aku bisa hamil. Sampai disini kami
berdua merasa tidak punya masalah apa-apa untuk bisa memiliki keturunan. Kami
pun menjalani hari-hari seperti biasa.
Hanya saja jika mendengar
nasihat dari orang-orang tentang cara – cara alami mengupayakan kehamilan, aku
mengikutinya. Seperti minum jus tomat campur apel dan wortel setiap hari selama
3 bulan, minum air rebusan buah zuriyat, minum madu, makan kurma muda dan lain
sebagainya aku ikuti.
Waktu berlalu hingga tahun
2020, namun kehamilan tak kunjung terjadi. Alhamdulillah keuangan kami makin
membaik. Kebetulan kakak ipar cerita tentang temannya yang berhasil hamil
hingga sudah melahirkan setelah lama mendamba anak. Si teman ikut program
inseminasi dengan seorang dokter kandungan berpengalaman di Kota Medan. Kakak
ipar menyarankan kami mencoba ke dokter itu.
Dari sini aku dan suami memutuskan
untuk mencoba. Rupanya dokter ini sudah biasa menangani kasus-kasus pasangan
yang sulit memiliki keturunan. Alhamdulillah banyak yang berhasil. Ada tiga
tahapan yang disediakan sebagai program kehamilan.
Pertama, terapi obat untuk
kondisi yang memungkinkan untuk hal ini. Kedua, inseminasi. Ini dilakukan jika
ada suatu masalah yang tak memungkinkan untuk tahap pertama dilakukan. Ketiga,
bayi tabung. Prosedur bayi tabung adalah upaya terakhir yang bisa dilakukan
jika berdasarkan pemeriksaan, tahap pertama dan kedua tak bisa dilakukan.
Dari hasil USG terbaru dan
hasil HSG ku yang lalu, aku terbilang normal. Hanya saja ada sedikit keputihan
yang terinfeksi jamur dan cukup diatasi dengan obat. Aku dan suami pun
menjalani terapi obat sembari menjaga makanan sehat, olahraga, istirahat yang
cukup serta berhubungan di waktu-waktu subur.
Alhamdulillah bulan Ramadhan
yang lalu aku hamil. Hanya saja kabar kurang baiknya, aku kembali hamil di luar
rahim. Mau tak mau aku harus operasi. Dokter melakukan prosedur operasi dengan
metode laparascopy.
Dari sinilah aku mengetahui
fakta mengejutkan tentang kondisi saluran tubaku. Pasca operasi aku diberitahu
suami bahwa toba falopi sebelah kiri sudah tidak ada. Sementara kehamilan
ektopik (di luar rahim) yang ke dua ini terjadi di saluran tuba-ku yang sebelah
kanan. Penanganan terbaik menurut dokter adalah mengangkat janin sekaligus
memotong saluran tuba yang tinggal satu-satunya itu. Selanjutnya upaya hamil
dapat dilakukan dengan proses bayi tabung.
Ini benar-benar sangat mengejutkanku.
Bukankah hasil HSG ku menyatakan bahwa saluran tuba kanan dan kiri normal.
Berarti masih ada, lengkap kedua tuba falopi itu. Kenapa setelah laparascopy
hasilnya begini.
Maka aku berkesimpulan hasil
laparascopy lebih akurat daripada HSG. Sebab pada laparascopy, camera langsung
masuk ke dalam perut sehingga jelas terlihat kondisi di dalamnya. Ini
pengalamanku. Bagiku HSG tidak akurat. Aku tak tahu, barangkali ada pengalaman
yang berbeda.
Bertahun-tahun aku menyangka
kalau saluran tuba ku masih lengkap. Bertahun-tahun aku percaya diri kalau aku
baik-baik saja. Ternyata sejak operasi yang pertama dokter telah memotong
saluran tubaku sebelah kiri, tanpa pemberitahuan dan meminta persetujuanku.
Ditambah lagi menurut dokter
yang menanganiku saat ini, kehamilan di luar rahim yang kedua terjadi karena
efek penanganan dari operasi pertama yang kurang baik. Aku kecewa. Tapi mau
bagaimana lagi.
Ya setidaknya sekarang keadaanku lebih jelas. Langkah yang bisa diambil ke depan pun lebih merasa yakin. Semoga setelah ini Allah swt memudahkan jalan kami memiliki keturunan. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.
0 Comments
Post a Comment