Thursday, May 20, 2021

Ramadhan 1442 H Berkesan, Kronologi Kabar Kehamilan Ektopik, Operasi Hingga Pemulihan


Penampakan hari ke 2 pasca operasi


Ramadhan-ku tahun ini punya cerita berbeda. Tak seperti bulan Ramadhan lalu dimana aku bisa puasa full kecuali datang bulan. Bulan Ramadhan ini puasaku tak sampai seminggu, hanya 6 hari.

Pada hari ke tujuh Ramadhan, tepatnya saat aku salat Ashar rakaat ke tiga, tiba – tiba perutku terasa mulas. Mirip gejala datang bulan. Ada sensasi basah juga di pakaian dalam. Sempat ku berpikir haid datang. Meski bukan tanggalnya, karena sudah telat sekitar 15 hari.

Tapi aku masih ragu. Pasalnya sensasi pakaian dalam yang basah beberapa hari lalu juga terjadi. Rupanya hanya perasaanku saja, tidak basah. Jadi aku memutuskan menyempurnakan salat ashar saat itu. Selesai salat kupastikan apakah aku haid. Ternyata aku tidak haid.

Lalu aku langsung duduk di ranjang. Perlahan rasa sakit itu bertambah. Kram bercampur kembung. Perutku terasa makin ketat. Akupun segera minta air hangat ke suami. Terpaksa membatalkan puasa.

Selesai minum air hangat keadaan belum membaik. Aku lanjut makan quaker oat. Lalu minum jahe hangat. Rasa itu masih belum reda. Aku minta suami membelikan obat pereda kembung. Di malam hari pasca minum obat itu aku buang angin dan BAB.

Kembali dari kamar mandi, setengah rasa kembung di perutku hilang. Akupun berangkat tidur. Sekitar jam 2 dini hari aku terbangun dan merasakan perutku kembali penuh angin. Rasa mendesak ingin buang air. Kejadian yang sama terulang, selesai dari kamar mandi setengah rasa kembung di perutku hilang.

Setelah tidur kembali aku terbangun lagi satu setengah jam kemudian dan merasakan hal yang sama. Perutku penuh angin. Aku bergegas ke kamar mandi. Disana kulihat noda merah kehitaman di pakaian dalamku. Aku berpikir kalau itu pertanda haid. Jadi hari itu aku tidak puasa. Semampunya kusiapkan menu sahur suamiku.

Lalu akupun sarapan dan minum air jahe campur jeruk nipis dan madu. Setelah itu minum obat pereda kembung yang masih tersisa. Kembung diperutku belum juga reda. Aku coba cari tahu di internet cara-cara meredakan perut kembung. Salah satu yang termudah adalah melakukan olahraga ringan yakni jalan kali selama beberapa menit. Yoga juga bisa.

Akupun melakukan keduanya. Aku bolak balik berjalan kaki di dalam rumah sekitar 15 menit, dilanjutkan melakukan gerakan yoga khusus meredakan perut kembung. Aku beberapa kali buang angin. Lumayan juga rasanya. Perut kembung agak berkurang. Namun hingga siang aku belum benar-benar lega.

Disisi lain aku tersadar kalau darah haid tak lagi muncul kecuali hanya sekali di pagi hari itu. Disinilah aku mendadak curiga, jangan-jangan aku hamil. Tak sekedar hamil. Karena sebelumnya aku memiliki pengalaman hamil di luar kandungan (ektopik), maka pikiranku langsung ke situ. “Aduh, operasi lagi”. Pikirku.

Ku sampaikan kepada suamiku bahwa aku ingin dibelikan alat tes kehamilan sore nanti jika hingga sore kembung di perutku belum reda total. Alhasil sore hari kami bersama pergi membeli tespek.

Besok paginya aku tes, daaaaaan yup benar aku hamil. Mengetahui itu suamiku juga langsung berprasangka kalau aku hamil ektopik. Mengingat aku mengeluarkan bercak darah dan merasakan sakit perut.

Beberapa jam kemudian kami pergi USG ke rumah sakit terdekat. Ini kepastiannya.Ternyata benar, innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Aku hamil ektopik. Operasi adalah saran yang langsung diberikan dokter. Kami berharap ada cara lain mengatasi hal ini selain opeasi. Dokter bilang bisa yakni dengan suntikan. Tapi tidak di rumah sakit itu karena alatnya tidak tersedia.

Dokter lalu memberi surat rekomendasi agar kami ke rumah sakit lain menemui dokter yang namanya tertulis di surat rekomendasi itu. Selesai dari rumah sakit itu suamiku memandang kami lebih tepat pergi ke klinik dimana sebelumnya kami melakukan program hamil, yakni klinik Fertilitas dr. Binarwan Halim yang cukup ternama di Kota Medan.

Di klinik ini dokter berbicara hal yang sama dengan dokter sebelumnya, bahwa aku sebaiknya operasi. Jika penanganannya dengan cara lain, disuntik atau makan obat maka dokter tidak yakin mengenai efektifitasnya.

Dokter bilang tindakan operasi akan dilakukan dengan teknik laparascopy, dimana ini tergolong operasi kecil. Perut hanya disayat sedikit, tidak perlu dibelah. Sehingga pemulihan lebih cepat. Mendengar hal ini kami pun yakin untuk memilih penangan ala dokter itu.

Kami pun menjalani proses menuju operas. Mulai dari pemeriksaan darah, urine, hingga booking kamar rawat inap di rumah sakit tempat operasi. Alhamdulillah operasiku berjalan dengan lancar pada tanggal 26 April 2021. Total sekitar tiga jam aku berada di ruang operasi. Satu jam persiapan awal dan akhir serta inti operasi sekitar 2 jam.

***

            Antara lega dan sedih, perasaanku campur aduk. Lega karena rasa sakit diperutku sudah berakhir. Kehamilan ini juga membuat aku dan suami optimis kalau aku bisa hamil kembali. Namun sedih karena harus kehilangan janinku. Untung ada iman di dada. Mengingat Allah swt membuat hati menjadi tenang, bahwa dalam kesusahan pasti ada kemudahan.

Pada setiap cobaan pasti ada hikmah. Barangkali memang waktunya belum tepat menurut Allah bagi kami untuk menjadi orangtua. Barangkali doa dan usaha ini belumlah cukup, sehingga Allah ingin kami lebih mendekat lagi padaNya. Barangkali dengan peristiwa ini Allah swt ingin membersihkan dosa-dosa kami. 

Ya, berpikir positif atau berprasangka baik pada Allah swt adalah kewajiban hamba. Tak mungkin Allah swt menghendaki keburukan pada hambaNya. Kepasrahan padaNya dan kesabaran atas ketetapanNya harus dimiliki. Itu semua takkan sia-sia. Allah swt Maha menepati janji. Kelak akan mengganti kesedihan dengan rasa bahagia. In sya allah.

(simpan cerita, pengingat di masa depan)

0 Comments

Post a Comment