Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti
kajian online yang disampaikan oleh Da’iyah muda Ustadzah Wardah Abeedah. Kajiannya
bisa disimak disini https://www.youtube.com/watch?v=f9rkJac7Usw.
Dalam pemaparannya beliau menyebutkan
tentang keutamaan kota Madinah.
Keutamaannya menjadi daya tarik bagi kaum muslimin. Keutamaannya itulah penyebab munculnya para
muslimah tangguh nan soleha. Keutamaan Kota Madinah melahirkan para
muslimah istimewa yang menghiasi sejarah peradaban Islam nan gemilang. Sebenarnya
banyak da’i da’iyah yang menyebutkan tentang keutamaan Madinah. Apa yang
disampaikan Ustadzah Wardah adalah diantaranya.
1. Tonggak berdirinya Negara Islam
Berbagai buku Sirah Rasulullah saw menceritakan
kehidupan sang nabi di Madinah. Beliau hijrah ke Madinah sekitar tahun ke-13
kenabian. Hal itu terjadi setelah sekelompok orang Madinah berbondong-bondong
menemui beliau untuk berjanji setia.
Sejak menginjakkan kaki ke Madinah,
Rasulullah saw mulai melakukan aktivitas berciri kenegaraan. Beliau membangun
masjid sebagai tempat ibadah. Tak hanya sebagai tempat ibadah, masjid yang
sekarang dinamakan masjid Nabawi itu dipakai beliau sebagai pusat kajian Islam.
Menerima tamu kenegaraan. Mengadakan rapat pemerintahan yang salah satunya
adalah mengatur strategi perang.
Bukan sebatas kota, layaklah Madinah saat
itu dianggap sebagai negara. Negara kecil itu menjadi awal berubahnya wajah
peradaban dunia. Sebelumnya peradaban besar yang terkenal adalah Romawi dan
Persia. Perlahan Negara Islam Madinah meluaskan sayapnya.
Selanjutnya, kekhilafahan sebagai
pemerintahan penerus negara Islam Rasulullah saw semakin meluas.
Khilafah
Islamiyah menjadi peradaban baru yang diperhitungkan. Pernah menggeser
kedigdayaan dua peradaban besar Romawi dan Persia. Sayangnya kini peradaban
Islam telah runtuh. Pastinya, peradaban Islam dirindukan kembali keberadaannya.
2. Madinah penuh berkah
Rasulullah saw berdoa untuk keberkahan
Madinah:
اللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ
عَبْدَكَ وَخَلِيلَكَ دَعَا لِأَهْلِ مَكَّةَ بِالْبَرَكَةِ وَأَنَا مُحَمَّدٌ
عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ أَدْعُوكَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي ثَمَرِنَا،
وَبَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا
فِي مُدِّنَا
Ya Allâh! Berilah kepada kami keberkahan
pada buah-buahan kami, kota Madinah kami! Limpahkanlah keberkahan untuk kami
pada setiap sha’ dan mud kami dapatkan. [HR. Muslim]
Masya allah, tanah Madinah telah diberkahi Allah swt karena doa RasulNya. Makanya beruntung bagi sesiapa yang sudah menginjakkan kakinya di Madinah. Karena hingga sekarang pun, makanan disana misalnya masih berlaku keberkahannya. Salat di Masjid Nabawi juga pahalanya 500 kali salat di masjid biasa. Semoga saya dan keluarga saya dan juga para pembaca diberi Allah kesempatan untuk datang ke kota Mekkah dan Madinah. Aamiin.
3. Dimenangkan dan membersihkan manusia
Usatdzah Wardah membacakan hadist yang
artinya, “Aku diperintahkan hijrah ke suatu kampung yang akan memakan
(mengalahkan) perkampungan lainnya, ia disebut Yastrib, dan ia adalah Madinah.
Akan membersihkan manusia sebagaimana tungku api membersihkan kotoran besi.”
Masya allah, Madinah dengan penerapan
Islam disana telah menjadi ‘mesin pembentuk produk berkualitas’. Manusia yang
berada di dalamnya menjadi orang-orang bertakwa, kecuali yang tetap teguh pada
kekafiran dan kemunafikannya.
Pantaslah dari Madinah dikenal para
muslimah hebat. Sebut saja Nusaibah binti Ka’ab, mujahidah yang menjadi salah
satu tameng Rasulullah saw di perang Uhud. Ummu Sulaim calon tetangga
Rasulullah saw di surga. Rufaidah sang dokter yang diperintahkan Rasulullah saw
mengelola rumah sakit lapangan. Asy-syifa binti Abdullah, seorang qadhi pasar
yang juga salah satu guru Ummul Mukminin Aisya ra. Dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Selain itu, meluasnya wilayah negara
Islam menjadi bukti bahwa Allah swt memenangkan Madinah atas wilayah-wilayah
lainnya.
4. Penduduk Madinah Memiliki Keutamaan
Penduduk Madinah secara mayoritas
cenderung lebih mudah menerima dakwah dibanding penduduk Mekkah kala Islam baru
datang. Di awal hijrah, ketika Rasulullah saw mempersaudarakan kaum anshar
(sebutan bagi pendudukan Madinah) dan muhajirin (sebutan bagi penduduk Mekkah
yang hijrah).
Ketundukan kaum Anshor pada kebenaran Islam
diwujudkan dengan rasa persaudaraan yang kuat terhadap saudaranya kaum
Muhajirin. Anshor siap berbagi harta miliknya pada saudaranya yang hijrah
meninggalkan harta benda di kota asalnya.
Diantara kisahnya adalah seperti yang
terjadi pada Abdurahman bin Auf. Sa’ad Radhiyallahu anhu berkata kepada
‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu : “Aku adalah kaum Anshâr yang paling banyak
harta. Aku akan membagi hartaku setengah untukmu. Pilihlah di antara istriku
yang kau inginkan, (dan) aku akan menceraikannya untukmu. Jika selesai masa
‘iddahnya, engkau bisa menikahinya”.
Wow tawaran menarik bagi Abdurahman bin
Auf dong ya. Tapi Abdurahman juga bukan orang sembarangan. Beliau orang baik, nggak
mau menyusahkan saudaranya. Beliau lalu berkata, “Aku tidak membutuhkan hal
itu. Adakah pasar (di sekitar sini) tempat berjual-beli?”
0 Comments
Post a Comment