BBC |
Sulit sebenarnya akal
sehat kita menerima krisis kesejahteraan bisa terjadi pada rakyat Indonesia. Pasalnya
Indonesia cukup bekal untuk hidup sejahtera, berupa kekayaan alamnya. Apalagi
Papua, tanah yang kaya akan hutan hingga barang tambang.
Tapi begitulah
kenyataannya, tragedi kemanusiaan telah terjadi di bumi Papua. Wabah campak dan
gizi buruk melanda Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Susul-menyusul bayi-bayi di
sana berhenti menghembuskan nafasnya. Sejak September 2017 hingga januari 2018
ada 61 orang anak meninggal karena peristiwa luar biasa tersebut.
Publik pun mempertanyakan
upaya pemerintah selama ini untuk mengatasi masalah ekonomi di Papua. Presiden
Jokowi mengklaim telah melakukan sejumlah pembangunan infrastruktur demi
mendongkrak pengembangan ekonomi di daerah tertinggal itu.
Hingga diharapkan
dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraan warga Papua. Namun ternyata
pencapaian tersebut tidak berkorelasi dengan perbaikan nasib penduduk Papua. Warga
Papua tetap merasakan kemiskinan di tengah tumpukan kekayaan alam yang ada.
Apalagi ketika publik
mendengar respon Pak Presiden terhadap tragedi tersebut. Presiden Jokowi
menyebut kejadian tersebut dipicu sulitnya akses jalan menuju medan kejadian.
Tentu hal ini membuat
miris. Ternyata infrastruktur yang dibangun selama ini bukan sebenar-benarnya
kebutuhan rakyat. Bukankah seharusnya akses jalan menuju daerah-daerah
terpencil itu yang utama untuk dibangun. Bukannya jalan tol atau kereta cepat.
Kasus gizi buruk dan wabah
campak tersebut juga membuktikan kalau selama ini kebutuhan masyarakat Papua
akan pangan bergizi, pendidikan dan kesehatan terabaikan. Sebagaimana respon
seorang pengguna media sosial ini.
"Halo, Pak Presiden @jokowi, sdh 61 anak
meninggal dunia di Asmat krn campak dan gizi buruk. Sebetulnya, dibanding Tol dan
Kereta Cepat, bangsa ini butuh banyak RS, Puskesmas, Sekolah, air bersih, rumah
layak, dn pangan murah bergizi,' tulisnya menanggapi pemberitaan Kompas.id pada Senin
(15/1/2018) lalu.
Tak dapat
dipungkiri kalau pemimpin dalam demokrasi lebih fokus pada pencitraan. Banyak
janji-janji kampanye tak terpenuhi namun tetap berusaha ingin terlihat
berhasil. Menyiratkan ambisi berkuasa yang amat besar. Sekuat tenaga mereka
berusaha mempertahankan kekuasaan meski harus menyakiti rakyat.
Sungguh
pemimpin ala demokrasi tak mencerminkan sosok pemimpin yang dikehendaki Islam.
Menurut Islam, seorang pemimpin itu adalah ra’in (pengurus). Bagai
seorang penggembala, ia akan mengurus gembalaannya dengan maksimal.
Bila
rakyat Papua diurus dengan baik, diberikan hak-haknya memperoleh pangan
bergizi, pelayanan pendidikan dan kesehatan yang baik, pasti kondisi mereka
jauh dari kemiskinan.
Hak-hak
para bayi untuk hidup layakpun bisa terpenuhi. “Imam adalah laksana penggembala,
dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya”. HR Muslim.
Pemimpin
menurut Islam juga seorang junnah (pelindung). Bak seorang ayah yang
baik, tak akan membiarkan anak-anaknya kelaparan bahkan kehilangan nyawa.
Begitulah pemimpin.
Meski
barangkali membangun jalan-jalan di Papua penuh tantangan dan berbiaya mahal
karena medannya yang sulit, namun dengan semangat keimanan pada Allah swt,
seorang pemimpin pasti bisa mewujudkan kualitas Papua sama baiknya dengan
kota-kota besar yang ada di Jawa.
Dengan
memaksimalkan pengelolaan sumber daya alam oleh tim pemerintah sendiri serta
diperuntukkan semata pada rakyat maka taraf hidup penduduk Papua pasti
meningkat.
Semoga tim kesehatan dari kementerian
Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dapat menanggulangi KLB.
Setidaknya sesaat dapat mengurangi masalah. Semoga pemimpin negeri ini sadar
dan bertaubat dari kesalahannya.
Semoga
penerapan Islam secara total dalam naungan Khilafah yang akan menyejahterakan
manusia segera terwujud. Amin.
Iya mbak, pemerintah seharusnya lebih mengutamakan infrastruktur yg mendukung kesehatan dan pendidikan anak2 di daerah terpencil seperti papua... Sedih dengar banyak yg meninggal karena kurangnya fasilitas kesehatan seperti itu..
ReplyDeletesaya juga begitu mbak..sedih dengan kondisi negeri kita tercinta ini
Delete