Thursday, November 09, 2017

Hati-Hati Virus LGBT


WinNetNews.com

Perlahan tapi pasti, prilaku menyukai sesama jenis terus eksis. Penggerebekan demi penggerebekan pesta seks kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) membuka mata masyarakat akan hal tersebut. Terbaru, awal Oktober lalu anggota Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat menggerebek sebuah tempat spa di kawasan Gambir. 

Dari penggerebekan tersebut polisi berhasil menjaring puluhan gay, menyita barang bukti berupa puluhan alat kontrasepsi bekas pakai, sejumlah alat bantu seks pria dan wanita serta uang tunai. Setelah polisi mendata, para pria yang diduga anggota komunitas LGBT itu pun dibebaskan. Sementara 6 orang pengelola spa menjadi tersangka. Mereka akan dijerat Pasal Pornografi dengan ancaman enam tahun penjara.

LGBT Itu Menular

Perkembangan kaum LGBT memang cukup memprihatinkan. Tahun 2009 saja populasi gay berjumlah sekitar 800 ribu jiwa. Berselang tiga tahun jumlahnya meningkat menjadi jutaan. Demikian estimasi Kementrian Kesehatan di tahun 2012, (http://nasional.republika.co.id). Kini diperkirakan jumlah gay menginjak angka tiga persen dari jumlah seluruh penduduk Indonesia, (Jawapos.com).

Ibarat penyakit, prilaku LGBT itu menular. Cara kerjanya begini. Naluri seksual adalah salah satu naluri yang diberikan Allah swt kepada umat manusia. Fungsi utamanya untuk melestarikan keberadaan umat manusia. Agar selalu terlahir manusia-manusia baru. Agar manusia tidak punah. Selain itu, Allah swt memberi ‘bonus’ dari keberadaan naluri seksual itu, yaitu berupa kenikmatan bila terpuaskan. 

Mengenai pemuasan naluri ini, kreatifitas manusia yang liar tanpa tuntunan agama bisa memuaskan naluri seksual dengan berbagai cara. Tak hanya pasangan pria dan wanita, kepada sesama jenis pun bisa. Termasuk prilaku melampiaskan nafsu seksual dengan benda-benda serta hewan pun sudah mulai bermunculan. Sementara naluri pada manusia muncul saat ada rangsangan dari luar. Rangsangan inilah yang massif dimunculkan oleh berbagai komunitas LGBT. Hingga bertambah terus ‘kader-kader’ baru yang ketularan ‘virus' LGBT.

Komunitas LGBT semakin menjamur. Ratusan komunitas LGBT bermunculan di masyarakat. Sampai akhir 2013 saja terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Pertama, yakni Jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki laki Lain Indonesia (GWLINA) didirikan pada Februari 2007. Jaringan ini didukung organisasi internasional. 

Jaringan kedua, yaitu Forum LGBTIQ Indonesia, didirikan pada 2008. Dengan perkembangan media sosial, komunitas LGBT makin terasa ramai. Mereka membuat akun-akun komunitas mereka di sana. Bahkan ada yang berani memakai label kampus pada nama akun media sosialnya. Berbagai komunitas homoseksual ini melakukan sejumlah aktivitas. Mereka melakukan seminar, diskusi, kontes kecantikan, menyebar berbagai video porno di dunia maya hingga sosialisasi dari mulut ke mulut. 

Sayangnya media seperti televisi seolah membantu propaganda LGBT ini. Mereka menayangkan acara-acara yang dibawakan oleh pembawa acara berperawakan kemayu. Berbagai film berbau cinta sejenis juga bermunculan.

Dari realita yang terjadi penulis memperoleh kesimpulan. Pertama, keyakinan kita bahwa Allah swt tidak akan pernah salah menciptakan makhlukNya itu sudah final. Takkan pernah ada tercipta manusia berjenis kelamin selain pria dan wanita. Kedua, ketika ada seseorang yang mulai merasakan keganjilan pada orientasi seksualnya sejak kecil, itu pasti karena berbagai faktor. 

Jika mereka keluarga muslim, boleh jadi orangtua lalai melaksanakan aturan Islam terkait perawatan anak. Mereka kurang menegaskan identitas seksual anak dan tidak membiasakan anak berprilaku sesuai identitasnya. Anak laki-laki dibiarkan bermain boneka dan anak perempuan dibolehkan bermain mobil-mobilan misalnya. 

Kadang malah ada orangtua yang lucu-lucuan mendandani anak lelakinya dengan dandanan perempuan. Sepele memang tapi sesungguhnya sikap ibu tersebut bisa mempengaruhi mental anak kelak.

Boleh jadi orangtua lalai membiasakan anak menjaga auratnya sejak kecil. Orangtua lalai mengajarkan anak salat dan mengatur tempat tidur anak agar terpisah di usia tujuh hingga sepuluh tahun. Orangtua lalai menjaga anak dari tontonan bernuansa suka sesama jenis dan kurang mengajarkan ketaatan anak pada Allah swt. 

Ada juga penyuka sesama jenis yang mengalami trauma masa kecil. Saat mereka pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil. Atau bisa jadi ada prilaku ayah yang salah terhadap ibu. Suka memukuli ibu di depan anak perempuannya. Sehingga tertanam kebencian si anak pada lelaki dan ia mulai merasa suka pada sesamanya.

Ketiga, ketika anak-anak mulai tumbuh dengan kelemahan iman, saat anak beranjak dewasa dan merasakan ada keanehan orientasi seksual pada dirinya, disitulah gerakan LGBT berperan. Mereka hadir bak dewa penolong. Merangkul dan mengulurkan tangan pada ‘pendatang baru’, mencarikan pacar, hingga penyimpangan seksual itu semakin menguat pada diri orang tersebut. 

Ketika seseorang sudah terbiasa dengan dirinya yang ‘baru’ dan terikat perasaan dengan komunitas, maka akan sulit untuk kembali normal. Satu dua kisah bisa kita peroleh perihal penyuka sesama jenis yang kembali ke jalan yang benar. 

Seperti yang pernah terjadi pada artis Sam Brodie. Beliau kembali pada panggilan fitrahnya setelah beberapa tahun terjerat dunia LGBT. Jadi jangan mimpi bisa membersihkan masyarakat dari kerusakan moral, kalau propaganda LGBT dibiarkan.

Sistem sekuler liberal yang diterima di negeri ini telah menguntungkan posisi LGBT. Kebebasan individu dijamin di negeri ini termasuk kebebasan untuk memilih orientasi seksual. Itu dianggap hak asasi manusia. 

Masyarakat kita mesti tersadar kalau Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran khas Islam telah bergeser kearah liberalisme. Menteri agama sendiri pernah memberi apresiasi pada salah satu agenda yang dibuat komunitas LGBT. Penerimaan LGBT sebagai hak individu juga ditunjukkan dari sisi hukum. 

Prilaku LGBT tidak dikategorikan sebagai tindak kriminal. Adanya tindakan pihak keamanan yang menggerebek pesta seks lebih kepada aktivitas berkelompoknya yang berpotensi meresahkan masyarakat. Atau ketika masyarakat mengadukan adanya pesta seks baru LGBT ditindak. Dan pihak yang benar-benar diberi sanksi adalah penyelenggara acara. Sementara peserta acara dibebaskan.

Islam Solusi Tuntas

Kesungguhan menyelesaikan masalah ditunjukkan oleh tindakan nyata. Bila benar pemerintah sepakat dengan kebanyakan masyarakat yang menganggap LGBT sebagai masalah, seharusnya mengambil solusi Islam. 

Cegah LGBT terus eksis dengan Islam. Sebab hanya Islamlah yang punya solusi tuntas menjaga fitrah seksual manusia. Islam punya tuntunan bagi keluarga untuk membentuk kepribadian bebas LGBT pada anggotanya. Islam punya tuntunan bagi masyarakat dan negara untuk mengarahkan tiap individu jadi pribadi bertakwa. 

Ketika syariah Islam diterapkan secara total dalam institusi syar’i yaitu Khilafah, maka akan tertutup semua jalan bagi penularan tindak LGBT. Sistem pendidikan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem sanksi Islam, sistem politik Islam dan lainnya akan menjamin terwujudnya masyarakat sehat bebas LGBT. Wallahu a’lam bishawab.

0 Comments

Post a Comment