Thursday, March 16, 2017

Tips Mengatasi Grogi Ala Aku


Mendengar cerita teman yang demam panggung, aku jadi teringat diriku dulu (kayak sekarang udah mantap aja hehe). Iya, dulu tu aku parah betul. Masa-masa awal kuliah, menyampaikan pendapat di hadapan dosen dan teman-teman sekelas dalam diskusi atau presentase makalah, seringnya grogi sampai tak mampu berkata-kata. Di setiap forum diskusi yang ku ikuti, pengennya berperan jadi MC misalnya, atau menyampaikan pendapat sekalipun, kakunya luar biasa.

Tapi sekarang alhamdulillah, lumayan bisa berbicara di depan orang banyak. Meski nggak sehebat orator professional. Meski tetap dengan tangan yang dingin, banyakan eee eee (tau ya maksudku, tersendat-sendat ngomongnya) dan tak mampu begitu detail bercerita sedetail aku buat tulisan. Nah, kepada temanku itu, aku berbagi tips menghilangkan/ mengurangi grogi ala aku. Nih dia:

Pertama, perbanyak membaca. Aku sadari memang, waktu kuliah aku tuh orang lapangan hehe. Aku senang ke sana kemari, ngaji, ngajakin orang ngaji dengan berkunjung ke rumah teman-temanku. Aktivis kampus deh ceritanya. Sehingga porsi aktivitas menambah ilmu memang sedikit.

Sementara untuk bisa menjelaskan sesuatu pada orang lain, isinya ya berupa ilmu atau informasi-informasi. Kalau pengetahuanku terbatas, bagaimana bisa berbagi pandangan pada orang lain.

Awal nikah, aku dapat tantangan dari suami, yaitu menjawab setiap pertanyaannya tentang gerakan Islam tempatku dibina. Untuk bisa menjawabnya terpaksa aku rajin membaca referensi-referensi terkait pertanyaan itu.

Jadi rajin juga ngikutin berita, karena tugasku adalah meyakinkannya bahwa Islam adalah solusi berbagai masalah kehidupan, sehingga penerapan syariah Islam secara sempurna layak diperjuangkan.

Beberapa bulan berjalan, alhamdulillah aku merasa lebih baik. Pembinaku yang menyadarkan, bahwa aku mengalami peningkatan dalam menyampaikan suatu pandangan.

Tsumma alhamdulillah, kehidupan pernikahanku terus diwarnai aktivitas belajar. Suami selalu memberi motivasi padaku untuk membaca. Artinya, semangat belajar yang merupakan kunci bertambahnya ilmu harus tumbuh dalam diri kita dan orang-orang di dekat kita. Agar bisa konsisten melakukannya.

Kedua, sering latihan. Pepatah ala bisa karena biasa itu betul. Kata Ustadz Felix, repetition (pengulangan). Jadi jangan sungkan untuk mengambil kesempatan berbicara di tiap forum diskusi yang kita ikuti.

Meski awalnya banyak melakukan kesalahan, tidak mengapa. Sudah sering kita mendengar, dari kesalahan kita belajar. Profesional itu butuh proses. Kalau nggak dimulai, nggak bakal jadi ahli.  

Alhamdulillah temanku itu bersemangat mempraktekkannya. Ia bersedia didaulat sebagai MC di acara Majelis Ta’lim yang kami adakan setiap bulannya di masjid setempat. Dan ia bersedia perpartisipasi aktif di forum-forum berikutnya jika ada peluang.

Latihan berbicara termasuk juga saat pra acara. Artinya, sebelum benar-benar berbicara di forum, harus terlebih dahulu latihan. Berbicara di depan anggota keluarga misalnya. Latihan berbicara di depan cermin juga oke. Intinya, rajin latihan.

Ketiga, berdoa. Sebenarnya berdoa sebelum berbicara sebagai pengisi acara di forum, kerap kulakukan. Hanya saja filosofinya belum nancap. Aku ingat. Pembinaku yang memahamkan, bahwa kelancaran kita berbicara tak lepas dari pertolongan Allah swt. Sebagaimana Allah swt menolong kaum muslim di medan perang.

Apalagi, hidayah dalam arti taufiq adalah semata kuasa Allah swt. Kita hanya ditugaskan menyampaikan saja. Maka memintalah kepada Allah swt agar dimudahkan lisan kita dalam menyampaikan Islam. Kita bermohon agar Allah swt sudi menjadikan kita sarana sampainya hidayah Allah swt pada seseorang Kita berharap ridhaNya, pahalaNya, syurgaNya.

Doa yang terkenal dibaca untuk melancarkan lisan berbicara adalah al Qur’an surat at Thaha ayat 25 sampai 28, yang artinya: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku. Dan mudahkanlah bagiku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan lidahku. (Supaya) mereka memahami perkataanku”.

Maka baiknya tak sekedar membaca doanya, namun paham maknanya hingga rasanya meresap ke dada, terbentuk menjadi percaya diri dan keyakinan kuat bahwa pertolongan hanya akan datang dari Allah swt untuk kelancaran lisan kita.

Semoga lisan-lisan kita dipenuhi perkataan baik dan selalu mengajak orang lain ke jalan hidayah. Amin.


0 Comments

Post a Comment