Judul buku :
Komunikasi Politik Partai Politik Islam
Penulis : Dr. Dedi Sahputra, MA
Penerbit : Orbit Yogyakarta
Tahun terbit : 2016
Penulis : Dr. Dedi Sahputra, MA
Penerbit : Orbit Yogyakarta
Tahun terbit : 2016
Cetakan :
Pertama
Dimensi buku : 20,2 cm x 14,5 cm
Harga buku : Rp. 100.000
Dimensi buku : 20,2 cm x 14,5 cm
Harga buku : Rp. 100.000
Sewajarnya
jumlah umat Islam Indonesia yang besar berkorelasi positif dengan dukungannya
terhadap partai politik (Parpol) Islam. Dimana keberadaan partai politik
merupakan kebutuhan bagi umat untuk menampung aspirasi menyangkut kemaslahatan
hidup mereka.
Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya, partai politik Islam
semakin lama semakin tidak populer di kalangan umat Islam.
Pada
Pemilihan Umum (Pemilu) pertama tahun 1955, lima Parpol Islam dari 30 Parpol
yang bertarung menguasai hampir separuh suara parlemen yakni 43,72%. Partai
tersebut yakni Masyumi (memperoleh 20,92% suara), Nahdatul Ulama/NU (memperoleh
18,41% suara), Partai Syarikat Islam Indonesia/PSII (memperoleh 2,89% suara),
Pergerakan Tarbiyah Indonesia/Perti (memperoleh 1,28% suara), dan Partai
Politik Tarikat Islam/PPTI (memperoleh 0,22% suara), (Herbert Feith, dalam
Katimin, dalam Dedi Sahputra, h. 05).
Sedangkan
dalam Pemilu tahun 2009, 9 Parpol Islam diantara 38 Parpol yang menjadi peserta
hanya memperoleh 23,84% total suara. Dengan rincian, Partai Keadilan
Sejahtera/PKS (memperoleh 7,88% suara), Partai Amanat Nasional/PAN (memperoleh
6,01% suara), Partai Persatuan Pembangunan/PPP (memperoleh 5,32% suara), Partai
Kebangkitan Bangsa/PKB (memperoleh 4,94% suara), Partai Bulan Bintang/PBB
(memperoleh 1,79% suara), Partai Kebangkitan Nasional Ulama/PKNU (memperoleh
1,47% suara), Partai Bintang Reformasi /PBR (memperoleh 1,21% suara), Partai
Matahari Bangsa/PMB (memperoleh 0,40% suara), Partai Persatuan Nahdlatul Ummah
Indonesia/PPNUI (memperoleh 0,14% suara), (www.kpu.go.id, dalam Dedi Sahputra).
Fenomena
tersebut disinyalir merupakan efek dari kesenjangan antara aktivitas partai
politik Islam dengan Islam itu sendiri. Selayaknya, Islam sebagai pandangan
hidup paripurna yang diturunkan Allah swt kepada umat manusia melalui RasulNya terwujud
dalam tubuh partai politik Islam. Hal inilah yang ingin dijawab oleh penulis
buku ini melalui pendekatan ilmu komunikasi.
Buku ini
merupakan hasil disertasi penulisnya untuk
meraih gelar Doktor Komunikasi Islam di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
(UIN SU). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai politik Islam dengan
dukungan terbanyak diantara partai Islam yang ada saat ini dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) sebagai partai Islam tertua yang kini tetap eksis, menjadi
objek penelitian dalam hal ini.
Penulis
menggunakan enam prinsip komunikasi Islam yang terdapat dalam ayat-ayat al
qur’an, sebagai standar menilai kualitas komunikasi PKS dan PPP untuk tujuan electoralnya
dalam kampanye Pemilu Legislatif 2014.
Idealnya partai politik Islam itu berkata
benar (S.Q.An-Nisa: 9; Al-Ahzab: 70), berkata baik (Q.S.al-Baqarah:
235 & 263; An-Nisa: 5 & 8), berkata lemah lembut (Q.S.Thaha:
44), berkata yang membekas dalam jiwa (Q.S.An-Nisa:63), perkataan
yang pantas (Q.S.Al-Isra’: 28) dan berkata yang mulia (Q.S.
Al-Isra’: 23) dalam menyampaikan visi misi perjuangannya pada umat.
Digunakan
teori atribusi untuk mengkaji kampanye yang dilakukan PKS dan PPP di Sumatera
Utara dalam Pemilu Legislatif 2014. Dilakukan pula wawancara dengan informan
internal partai maupun tokoh eksternal yang kredibel memberikan pendapatnya
berkaitan dengan objek penelitian ini.
Membuka
lembar demi lembar buku ini memperkaya diri kita tentang prinsip-prinsip
komunikasi Islam yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim ketika
menyampaikan pesan-pesan Islam kepada manusia, terutama bagi partai politik
Islam yang menyatakan diri sebagai wadah perjuangan perubahan umat Islam.
Komunikasi Islam digunakan bukan sekedar untuk menarik simpati masyarakat.
Lebih dari itu, sudah menjadi suatu kewajiban bagi kaum muslim untuk terikat
pada syariat Islam termasuk dalam hal berkomunikasi.
Dengan begitu pahala akan
didapatkan, hikmahnya pun akan dirasakan. Umat akan mengerti dengan jelas
mengenai arah perjuangan partai, hati dan pikirannya bisa tersentuh dan
akhirnya mendukung partai. Terikat dengan hukum-hukum Allah swt dalam jalan
perjuangan adalah bukti keimanan dan ketakwaan anggota partai serta jaminan
kemenangan dari Allah swt.
Membaca
buku ini juga menambah wawasan kita tentang gambaran aktivitas partai politik
Islam kini. Betapa arus kekuasaan dan uang dalam perpolitikan demokrasi begitu
kuat mempengaruhi partai politik Islam, hingga mampu menggeser idealisme Islam
yang sudah seharusnya mereka tunjukkan.
Terbukti, bahwa partai politik Islam
yang menjadi objek penelitian ini tidak memenuhi standar prinsip komunikasi
Islam secara utuh serta jauh dari identitas keislaman yang seharusnya dimiliki.
Kalau di
PKS para elitnya ditataran ideal sebenarnya memahami nilai-nilai Islam tetapi
dibandingkan dengan di tataran praktis godaannya lebih kuat, maka di PPP
pemahaman cenderung bersifat simbolisasi ditambah lagi godaan dunia praktis
yang menyebabkan partai ini “terjebak” pada Islam simbol (hal. 270)
Sebagai
masukan, sebaiknya untuk cetakan berikutnya, buku ini bisa diedit lebih teliti
lagi agar kesalahan-kesalahan dalam teknik penulisan bisa diminimalisir.
Sebagai contoh, pada halaman 118, kata yang seharusnya tertulis kitab tafsir,
malah tertulis kitab hadis. Pada halaman 159, ayat al Qur’an yang seharusnya al
Qur’an surat al-Baqarah ayat 222 tertulis al Qur’an surat al Baqarah ayat 2.
Sebagai
hasil disertasi, tentunya buku ini bisa dipertanggungjawabkan hingga layak dipercaya
dan cukup bermanfaat untuk dijadikan rujukan bagi pembaca yang berkepentingan.
*Pengalaman pertama resensi bukuku dimuat di Media..terima kasih Harian Waspada Medan
Kalau berminat beli bukunya hubungi (0815-3382-2010)
0 Comments
Post a Comment