Yang
ku ingat, sejak masuk SD aku kenal yang namanya buku. Buku pelajaran sekolah.
Senang juga baca cerita-cerita di Buku Bahasa Indonesia. Tentang apa? Aku lupa.
Selanjutnya, buku sekolah jadi hal biasa. Masih terus senang baca cerita di
Buku Bahasa Indonesia. Cuma sebatas itu.
Aku
termasuk juara di sekolahku loh. Oh iya, di luar buku sekolah, aku pernah
dibelikan buku sama pamanku. Buku doa-doa harian anak dan nama-nama benda dalam
bahasa inggris. Tanpa sadar, seingatku untuk beberapa nama benda dalam bahasa
inggris saat SD aku ingat. Meski di bangku SD sama sekali belum pernah belajar
bahasa Inggris.
Perkembangan
mengenal buku terjadi di bangku SMP. Semasa aku sekolah, ibuku bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. Di rumah majikan mamaklah aku kenal Komik Doraemon, Komik
Detektif 5 Sekawan dan komik-komik Jepang lainnya. Milik anak majikan mamak.
Maafkan
aku yang saat bantu bersih-bersih kamar anak majikan mamakku, membawa bukunya
pulang dan membacanya di rumah. Maafkan aku. Sebahagian besar bukunya ku
pulangkan kok. Tapi sebagian kecil masih bersamaku.
Lagipula,
buku komiknya banyak sekali. Apa dia akan merasa kehilangan kalau satu dua
komiknya nggak ada? Tapi kalau dia sangat sayang pada bukunya. Mungkin saja dia
akan merasa kehilangan. Tapi buktinya nggak ada ribut-ribut di rumah itu bilang
kalau si anak majikan kehilangan komiknya. Makanya hobi baca komik itu
berlangsung cukup lama, hingga mamakku berhenti bekerja dari sana.
Seingatku
juga. Aku membaca majalah Aneka Yess dan Gadis. Dari rumah majikan mamak juga.
Tapi ntah majikan yang mana aku lupa. Aku suka baca cerpen saat itu. Hemm, tapi
sampai sekarang aku merasa masih belum bisa nulis cerpen.
Berikutnya,
masa kuliah. Masa kuliah adalah masa istimewa. Bukan karena status
mahasiswanya. Atau bukan juga karena pengalaman belajar di kelas. Karena pelajaran
di kelas waktu itu, empat semester pertama sama seperti pelajaran waktu aku
duduk di bangkus SMK. Ih bayar mahal-mahal dapatnya pelajaran yang sama. Kesel
nggak sih.
Aku
merasa masa kuliah adalah masa istimewa, karena saat itu aku menemukan Islam.
Tepatnya, saat duduk di semester empat, aku berkenalan dengan seorang teman
dari gerakan Islam yang memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam. Dari dialah
aku mengenal Islam sebagai pandangan hidupku.
Mengenal
Islam dan rasa terus ingin belajar mendorongku untuk semangat beli dan baca
buku. Dalam proses hijrahku, buku yang pertama kali ku beli di toko buku
Gramedia adalah buku Tuntunan Puasa Lengkap dan Ekonomi Islam.
Gembiranya
bukan main rasa hatiku. Seperti ada rasa lega luar biasa gitu, bisa beli buku.
Soalnya, selain memang nggak punya uang karena harga buku mahal, dorongan untuk
mengeluarkan uang demi buku juga dulu belum ada. Ketika keinginan itu muncul
plus punya duit buat beli, wiiih senangnya rasa hati.
Buku
selanjutnya yang aku beli adalah buku obral. Sepuluh ribu rupiah harganya. Beli
di bazar yang diadakan di Perpustakaan Daerah Sumut. Buku itu cukup berkesan.
Penulisnya menyentuhku dengan tulisannya, bahwa sudah waktunya bersegera untuk
hijrah.
Sayang
aku lupa nama penulisnya. Perempuan nggak salah. Buku itu lalu aku hadiahkan
pada sahabat karibku. Berharap diapun merasakan yang sama seperti ku. Meski
akhirnya harapanku pupus.
Selanjutnya,
aku dipertemukan Allah swt dengan seorang teman sepengajian yang memang punya
usaha jual buku. Boleh beli kredit. Sejak kenal beliau aku rutin beli buku sama
beliau. Tentunya beli kredit haha.
Seingatku
dalam sebulan aku pasti beli buku saat itu. Hingga lama-kelaman bukuku semakin
banyak. Sampai-sampai lebih kencang beli bukunya daripada bacanya.
Teman-temanku juga tahu bukuku banyak. Jadi banyak yang pinjam buku sama aku.
Kesalnya,
mereka ingat minjam nggak ingat mulanginnya. Sehingga kira-kira sekitar
duapuluhan bukuku raib tanpa jejak. Ada yang masih ku ingat peminjamnya. Ada
yang sama sekali sudah hilang dari memoriku.
Kabar
gembiranya, aku diberi jodoh oleh Allah swt, seorang yang hobi baca buku. Jadilah
kami punya banyak buku, karena kami senang beli buku. Tapi jumlah buku yang
dikatakan banyak itu versiku ya. Jangan dibandingin sama koleksi buku para
penggila buku yang lain karena barangkali jumlah bukuku terbilang lebih sedikit
dibanding mereka atau kamu hehe.
Yang
pasti, aku bersyukur kepada Allah swt, didekatkan pada buku, dan orang-orang
yang cinta buku. Selain suamiku, aku juga tergabung dalam grup WA pencinta
buku. Namanya grup “Baca Yuk”. Kalau kamu mau gabung boleh kok. Hubungi aja no.
0898-2700-920. Anggotanya sekitar 200an gitu.
Selama
gabung grup ini, bukan cuma ketularan semangat baca. Aku juga belajar mereview
buku-buku yang selesai dibaca. Sehingga ada bekasnya. Aku bisa baca kembali
resensiku kalau lupa poin dari isi buku yang aku baca. Trus aku juga bisa tahu
sudah berapa banyak buku yang ku baca. Banyak info tentang buku juga di grup “Baca
Yuk”. Semakin senang rasanya.
Target
tahun 2017, aku ingin memperbanyak baca buku seputar ekonomi. Rencananya pengen
paham benar tentang ekonomi khususnya ekonomi Islam. Berharap juga dapat
peluang nulis buku tentang ekonomi. Semoga. Yang baca tolong aminkan ya. Trims.
Sekian..
0 Comments
Post a Comment