Saturday, December 24, 2016

Aku dan Buku


Yang ku ingat, sejak masuk SD aku kenal yang namanya buku. Buku pelajaran sekolah. Senang juga baca cerita-cerita di Buku Bahasa Indonesia. Tentang apa? Aku lupa. Selanjutnya, buku sekolah jadi hal biasa. Masih terus senang baca cerita di Buku Bahasa Indonesia. Cuma sebatas itu.

Aku termasuk juara di sekolahku loh. Oh iya, di luar buku sekolah, aku pernah dibelikan buku sama pamanku. Buku doa-doa harian anak dan nama-nama benda dalam bahasa inggris. Tanpa sadar, seingatku untuk beberapa nama benda dalam bahasa inggris saat SD aku ingat. Meski di bangku SD sama sekali belum pernah belajar bahasa Inggris.

Perkembangan mengenal buku terjadi di bangku SMP. Semasa aku sekolah, ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Di rumah majikan mamaklah aku kenal Komik Doraemon, Komik Detektif 5 Sekawan dan komik-komik Jepang lainnya. Milik anak majikan mamak.

Maafkan aku yang saat bantu bersih-bersih kamar anak majikan mamakku, membawa bukunya pulang dan membacanya di rumah. Maafkan aku. Sebahagian besar bukunya ku pulangkan kok. Tapi sebagian kecil masih bersamaku.

Lagipula, buku komiknya banyak sekali. Apa dia akan merasa kehilangan kalau satu dua komiknya nggak ada? Tapi kalau dia sangat sayang pada bukunya. Mungkin saja dia akan merasa kehilangan. Tapi buktinya nggak ada ribut-ribut di rumah itu bilang kalau si anak majikan kehilangan komiknya. Makanya hobi baca komik itu berlangsung cukup lama, hingga mamakku berhenti bekerja dari sana.

Seingatku juga. Aku membaca majalah Aneka Yess dan Gadis. Dari rumah majikan mamak juga. Tapi ntah majikan yang mana aku lupa. Aku suka baca cerpen saat itu. Hemm, tapi sampai sekarang aku merasa masih belum bisa nulis cerpen.

Berikutnya, masa kuliah. Masa kuliah adalah masa istimewa. Bukan karena status mahasiswanya. Atau bukan juga karena pengalaman belajar di kelas. Karena pelajaran di kelas waktu itu, empat semester pertama sama seperti pelajaran waktu aku duduk di bangkus SMK. Ih bayar mahal-mahal dapatnya pelajaran yang sama. Kesel nggak sih.

Aku merasa masa kuliah adalah masa istimewa, karena saat itu aku menemukan Islam. Tepatnya, saat duduk di semester empat, aku berkenalan dengan seorang teman dari gerakan Islam yang memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam. Dari dialah aku mengenal Islam sebagai pandangan hidupku.

Mengenal Islam dan rasa terus ingin belajar mendorongku untuk semangat beli dan baca buku. Dalam proses hijrahku, buku yang pertama kali ku beli di toko buku Gramedia adalah buku Tuntunan Puasa Lengkap dan Ekonomi Islam.

Gembiranya bukan main rasa hatiku. Seperti ada rasa lega luar biasa gitu, bisa beli buku. Soalnya, selain memang nggak punya uang karena harga buku mahal, dorongan untuk mengeluarkan uang demi buku juga dulu belum ada. Ketika keinginan itu muncul plus punya duit buat beli, wiiih senangnya rasa hati.

Buku selanjutnya yang aku beli adalah buku obral. Sepuluh ribu rupiah harganya. Beli di bazar yang diadakan di Perpustakaan Daerah Sumut. Buku itu cukup berkesan. Penulisnya menyentuhku dengan tulisannya, bahwa sudah waktunya bersegera untuk hijrah.

Sayang aku lupa nama penulisnya. Perempuan nggak salah. Buku itu lalu aku hadiahkan pada sahabat karibku. Berharap diapun merasakan yang sama seperti ku. Meski akhirnya harapanku pupus.

Selanjutnya, aku dipertemukan Allah swt dengan seorang teman sepengajian yang memang punya usaha jual buku. Boleh beli kredit. Sejak kenal beliau aku rutin beli buku sama beliau. Tentunya beli kredit haha.


Seingatku dalam sebulan aku pasti beli buku saat itu. Hingga lama-kelaman bukuku semakin banyak. Sampai-sampai lebih kencang beli bukunya daripada bacanya. Teman-temanku juga tahu bukuku banyak. Jadi banyak yang pinjam buku sama aku.


Kesalnya, mereka ingat minjam nggak ingat mulanginnya. Sehingga kira-kira sekitar duapuluhan bukuku raib tanpa jejak. Ada yang masih ku ingat peminjamnya. Ada yang sama sekali sudah hilang dari memoriku.



Kabar gembiranya, aku diberi jodoh oleh Allah swt, seorang yang hobi baca buku. Jadilah kami punya banyak buku, karena kami senang beli buku. Tapi jumlah buku yang dikatakan banyak itu versiku ya. Jangan dibandingin sama koleksi buku para penggila buku yang lain karena barangkali jumlah bukuku terbilang lebih sedikit dibanding mereka atau kamu hehe.




Yang pasti, aku bersyukur kepada Allah swt, didekatkan pada buku, dan orang-orang yang cinta buku. Selain suamiku, aku juga tergabung dalam grup WA pencinta buku. Namanya grup “Baca Yuk”. Kalau kamu mau gabung boleh kok. Hubungi aja no. 0898-2700-920. Anggotanya sekitar 200an gitu.

Selama gabung grup ini, bukan cuma ketularan semangat baca. Aku juga belajar mereview buku-buku yang selesai dibaca. Sehingga ada bekasnya. Aku bisa baca kembali resensiku kalau lupa poin dari isi buku yang aku baca. Trus aku juga bisa tahu sudah berapa banyak buku yang ku baca. Banyak info tentang buku juga di grup “Baca Yuk”. Semakin senang rasanya.

Target tahun 2017, aku ingin memperbanyak baca buku seputar ekonomi. Rencananya pengen paham benar tentang ekonomi khususnya ekonomi Islam. Berharap juga dapat peluang nulis buku tentang ekonomi. Semoga. Yang baca tolong aminkan ya. Trims. Sekian..

0 Comments

Post a Comment