Waktu kecil, rata-rata muslim belajar baca
Al Qur’an. Mulai mengenal huruf hijaiyah, melafadzkan satu dua hurufnya, hingga
akhirnya mampu membaca Al Qur’an. Mereka belajar dengan berbagai cara.
Ada yang diajarkan langsung oleh orangtua, ada yang manggil guru ke rumah, adapula yang datang ke rumah guru untuk mengaji. Seperti aku, dulu belajar baca Qur’an sama kawan – kawan ke rumah guru. Beramai – ramai kami ngaji dan berlomba untuk bisa baca Al Qur’an.
Bagi yang naik kajian dari buku Iqra’ ke Al Qur’an, biasanya membawa pulut kuning dengan inti (kelapa campur gula merah) dan telur. Makanan itu dibagi – bagikan sebagai rasa syukur sudah mampu baca Al Qur’an. Setiap malam kami dekat dengan bacaan Al Qur’an.
Meski anak sekarang mengenal teknologi dunia maya ataupun games, aku pikir kebiasaan untuk belajar baca Al Qur’an di waktu kecil masih dilakukan. Rasanya akrab dengan Al Qur’an.
Ada yang diajarkan langsung oleh orangtua, ada yang manggil guru ke rumah, adapula yang datang ke rumah guru untuk mengaji. Seperti aku, dulu belajar baca Qur’an sama kawan – kawan ke rumah guru. Beramai – ramai kami ngaji dan berlomba untuk bisa baca Al Qur’an.
Bagi yang naik kajian dari buku Iqra’ ke Al Qur’an, biasanya membawa pulut kuning dengan inti (kelapa campur gula merah) dan telur. Makanan itu dibagi – bagikan sebagai rasa syukur sudah mampu baca Al Qur’an. Setiap malam kami dekat dengan bacaan Al Qur’an.
Meski anak sekarang mengenal teknologi dunia maya ataupun games, aku pikir kebiasaan untuk belajar baca Al Qur’an di waktu kecil masih dilakukan. Rasanya akrab dengan Al Qur’an.
Sudah beranjak dewasa, keadaan tak
seindah di masa kecil. Saat aku kuliah, waktu uji kemampuan baca Al Qur’an,
banyak mahasiswa yang tak lagi akrab dengan Al Qur’an.
Ada yang membacanya dengan terbata – bata, ada yang bahkan huruf hijaiyahpun sudah lupa.Baca al Fatihanya juga salah pengucapannya.
Saat tim dakwah kami mengadakan kajian dasar Islam bersama 3 orang mahasiswi yang bersedia dibina, kejadian serupa terulang. Salah satu dari mereka lupa – lupa ingat bacaan al Qur’an.
Sepertinya sudah begitu lama tak berjumpa dengan huruf-huruf itu. Rasanya jauh dengan Al Qur’an.
Ada yang membacanya dengan terbata – bata, ada yang bahkan huruf hijaiyahpun sudah lupa.Baca al Fatihanya juga salah pengucapannya.
Saat tim dakwah kami mengadakan kajian dasar Islam bersama 3 orang mahasiswi yang bersedia dibina, kejadian serupa terulang. Salah satu dari mereka lupa – lupa ingat bacaan al Qur’an.
Sepertinya sudah begitu lama tak berjumpa dengan huruf-huruf itu. Rasanya jauh dengan Al Qur’an.
Saat kecil dekat dengan Al Qur’an, mulai
besar dekat dengan hiburan keduniaan. Saat kecil senang
berinteraksi dengan Al Qur’an, mulai besar senang dengan aktivitas yang
diharamkan Allah Swt, seperti gaul bebas, nongkrong gak jelas dan menghabiskan
waktu untuk perbuatan sia- sia.
Umat muslim telah menjadikan Al Qur’an
sebagai sesuatu yang diabaikan. Jangankan memahaminya, membacanya saja mereka
sulit. Untunglah kaum muslim mulai bangkit kembali, perlahan satu persatu mulai
kembali ingin mendekat pada Al Qur’an.
Bersama tiga adik mahasiswa itu, kami adakan kajian 2 kali seminggu. Hari kamis malam belajar dasar – dasar Islam. Hari sabtu malam mengulang pelajaran membaca Al Qur’an.
Bersama tiga adik mahasiswa itu, kami adakan kajian 2 kali seminggu. Hari kamis malam belajar dasar – dasar Islam. Hari sabtu malam mengulang pelajaran membaca Al Qur’an.
Namun, selama kehidupan kita masih
dinaungi paham sekuler kapitalis yang mengajarkan cinta dunia, akan selalu ada
kaum muslim yang jauh dari kitab sucinya.
Kebangkitan akan sempurna, kebangkitan akan nyata saat Islam diterapkan dalam kehidupan secara kaffah. Ayo dukung penegakan Syariah dan Khilafah. Wallahu a’lam bishawab
Kebangkitan akan sempurna, kebangkitan akan nyata saat Islam diterapkan dalam kehidupan secara kaffah. Ayo dukung penegakan Syariah dan Khilafah. Wallahu a’lam bishawab
0 Comments
Post a Comment