Tak cuma para lelaki, sejarah peradaban
Islam pun mengukir nama para muslimah istimewa. Satu diantaranya adalah
Nusaibah binti Ka’ab. Dikenal pula dengan panggilan Ummu Imaroh. Shahabiyah
yang satu ini amat besar cintanya kepada Islam. Pandangan hidup Islam telah
membentuknya jadi super women alias wanita tangguh sang pembela
Islam. Ia buktikan kecintaannya pada Islam dengan darahnya. Ia rela menjadi
salah satu perisai Rasulullah Saw di perang Uhud. Ia melindungi saat Nabi
diincar oleh kaum kafir Quraish yang haus akan darah sang Nabi.
Kisah heroik Nusaibah binti Ka’ab berawal
dari sumpah setia di bukit Aqobah. 75 orang penduduk Madinah dari suku Aus dan
Khazraj menemui Rasulullah Saw. Kedatangan itu demi menyatakan janji setia
membela dan melindungi Nabi Saw, kayak membela keluarga mereka sendiri, saat
nantinya Nabi datang ke Madinah untuk membangun kehidupan Islam disana.
Dua diantara mereka adalah wanita, Nusaibah salah satunya. Janji setia ini
dikenal dengan sebutan Bai’at Aqobah II atau Baiat Perang. Sejak pertemuan itu,
Nusaibah jatuh ke dalam pelukan Islam. Islam yang dikabarkan Rasulullah Saw
amat mempesona baginya. Hingga ia senang jadi bagian penting dari detik-detik
berdirinya pemerintahan Islam itu. Ia sadar betul apa yang ia lakukan. Ia
paham, selepas berbaiat ia harus siap membela Rasulullah bahkan di medan perang
sekalipun. Tak peduli meski ia seorang wanita.
Pada tanggal 7 Syawal tahun 3 Hijriyah,
perang antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraish pecah di bukit Uhud. Tentara Islam berjumlah 700
orang, sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Perang Uhud dipimpin
langsung oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw dengan sigap mengatur pasukannya,
memakai baju perang dan menyerahkan panji perang kepada Mushab bin Umair.
Beliau tak lupa memotivasi pasukan Islam untuk ikhlas berperang semata-mata
demi meninggikan kalimat Allah serta berpesan agar kaum muslim mentaati setiap
perintahnya. Nusaibah turut bergabung dengan pasukan kaum muslim. Ia mengemban
tugas penting di bidang penyedia bahan makanan dan obat-obatan. Para pasukan
pun bergerak maju. Perang berkecamuk dengan sengit.
Beberapa lama perang berlangsung, para
pemanah yang ditempatkan Rasulullah di atas bukit mengira bahwa perang telah
berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslim. Hingga mereka melanggar perintah
Nabi dengan turun meninggalkan bukit. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pihak
musuh. Musuh bergerak memutar dari belakang bukit. Posisi berbalik, musuh telah
sampai diatas bukit dan dengan mudah menyerang kaum muslimin. Seketika tentara
kaum muslim dilanda kekacauan. Mereka dikepung musuh, terdesak dan berada dalam
bahaya. Nabi Saw sampai terluka dan berdarah-darah karena serangan musuh.
Beberapa sahabat segera membentengi Nabi
Saw denga fisik mereka. Nusaibah, satu-satunya dari golongan wanita turut tampil
sebagai perisai Nabi Saw. Ia tak rela sang Nabi tercinta disakiti. Ia
berada di sekeliling Nabi Saw, melawan sabetan pedang dan siraman anak panah
musuh. Nyalinya begitu besar. Ia sekuat tenaga tetap melindungi Nabi Saw tanpa
mempedulikan tajamnya pedang yang melukai pundaknya. Tak satu dua luka, namun
lebih dari 10 luka menganga di sekujur tubuh Nusaibah. Sabda Rasulullah Saw, “Tidaklah
aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat
Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku”.
Rasa cinta Nusiabah terhadap Islam, tidak
hanya dibuktikan di satu perang. Dalam banyak peperangan ia turut andil
memperkuat pasukan Islam. Bahkan hingga sepeninggal Nabi Saw, ia dan
keluarganya tetap konsisten berperang di jalan Allah. Perang Yamamah menjadi
saksi. Kaum muslim dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar saat itu mendapat
ujian dengan banyaknya kaum murtad. Salah satunya dari wilayah Yamamah.
Khalifah pun mengirim pasukan kesana. Diantara pasukan itu ada Nusaibah binti
Ka’ab. Dengan gagah berani ia berperang melawan kaum murtad. Hingga belasan
tebasan pedang dan lemparan anak panah mengenai pundaknya.
Dengan segala pengorbanannya kepada Islam
Rasulullah Saw memuji Nusaibah dan keluarganya. Rasulullah Saw berkata kepada
anak Nusaibah: “Semoga Allah Saw memberkahi keluargamu dan memberkahi ibumu”.
Hanya satu yang diharapkan Nusaibah dengan pengorbanannya. Ia berkata : “Ya
Rasulullah, doakan kami agar bisa menemanimu di syurga”. Atas kegigihannya
membela kemuliaan Islam, Rasulullah pun mendoakan, “Ya Allah, jadikan keluarga
ini kelak akan menemani kami di syurga”.
Kisah Nusaibah dapat menjadi inspirasi
bagi kita, bahwa Islam yang tertanam kuat dalam diri seorang muslim mampu
menjadikannya luar biasa. Pecinta Islam sejati akan sanggup mencurahkan segenap
kemampuan untuk memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam kelak.
0 Comments
Post a Comment