Thursday, May 14, 2015

The Real Wonder Women In Islam

Tak cuma para lelaki, sejarah peradaban Islam pun mengukir nama para muslimah istimewa. Satu diantaranya adalah Nusaibah binti Ka’ab. Dikenal pula dengan panggilan Ummu Imaroh. Shahabiyah yang satu ini amat besar cintanya kepada Islam. Pandangan hidup Islam telah membentuknya jadi super women alias wanita tangguh sang pembela Islam. Ia buktikan kecintaannya pada Islam dengan darahnya. Ia rela menjadi salah satu perisai Rasulullah Saw di perang Uhud. Ia melindungi saat Nabi diincar oleh kaum kafir Quraish yang haus akan darah sang Nabi.

Kisah heroik Nusaibah binti Ka’ab berawal dari sumpah setia di bukit Aqobah. 75 orang penduduk Madinah dari suku Aus dan Khazraj menemui Rasulullah Saw. Kedatangan itu demi menyatakan janji setia membela dan melindungi Nabi Saw, kayak membela keluarga mereka sendiri, saat nantinya Nabi datang ke Madinah untuk membangun kehidupan Islam disana.  Dua diantara mereka adalah wanita, Nusaibah salah satunya. Janji setia ini dikenal dengan sebutan Bai’at Aqobah II atau Baiat Perang. Sejak pertemuan itu, Nusaibah jatuh ke dalam pelukan Islam. Islam yang dikabarkan Rasulullah Saw amat mempesona baginya. Hingga ia senang jadi bagian penting dari detik-detik berdirinya pemerintahan Islam itu. Ia sadar betul apa yang ia lakukan. Ia paham, selepas berbaiat ia harus siap membela Rasulullah bahkan di medan perang sekalipun. Tak peduli meski ia seorang wanita.

Pada tanggal 7 Syawal tahun 3 Hijriyah, perang antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraish pecah di bukit Uhud. Tentara Islam berjumlah 700 orang, sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Perang Uhud dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw dengan sigap mengatur pasukannya, memakai baju perang dan menyerahkan panji perang kepada Mushab bin Umair. Beliau tak lupa memotivasi pasukan Islam untuk ikhlas berperang semata-mata demi meninggikan kalimat Allah serta berpesan agar kaum muslim mentaati setiap perintahnya. Nusaibah turut bergabung dengan pasukan kaum muslim. Ia mengemban tugas penting di bidang penyedia bahan makanan dan obat-obatan. Para pasukan pun bergerak maju. Perang berkecamuk dengan sengit. 

Beberapa lama perang berlangsung, para pemanah yang ditempatkan Rasulullah di atas bukit mengira bahwa perang telah berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslim. Hingga mereka melanggar perintah Nabi dengan turun meninggalkan bukit. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pihak musuh. Musuh bergerak memutar dari belakang bukit. Posisi berbalik, musuh telah sampai diatas bukit dan dengan mudah menyerang kaum muslimin. Seketika tentara kaum muslim dilanda kekacauan. Mereka dikepung musuh, terdesak dan berada dalam bahaya. Nabi Saw sampai terluka dan berdarah-darah karena serangan musuh.

Beberapa sahabat segera membentengi Nabi Saw denga fisik mereka. Nusaibah, satu-satunya dari golongan wanita turut tampil sebagai perisai Nabi Saw.  Ia tak rela sang Nabi tercinta disakiti. Ia berada di sekeliling Nabi Saw, melawan sabetan pedang dan siraman anak panah musuh. Nyalinya begitu besar. Ia sekuat tenaga tetap melindungi Nabi Saw tanpa mempedulikan tajamnya pedang yang melukai pundaknya. Tak satu dua luka, namun lebih dari 10 luka menganga di sekujur tubuh Nusaibah. Sabda Rasulullah Saw, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku”.

Rasa cinta Nusiabah terhadap Islam, tidak hanya dibuktikan di satu perang. Dalam banyak peperangan ia turut andil memperkuat pasukan Islam. Bahkan hingga sepeninggal Nabi Saw, ia dan keluarganya tetap konsisten berperang di jalan Allah. Perang Yamamah menjadi saksi. Kaum muslim dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar saat itu mendapat ujian dengan banyaknya kaum murtad. Salah satunya dari wilayah Yamamah. Khalifah pun mengirim pasukan kesana. Diantara pasukan itu ada Nusaibah binti Ka’ab. Dengan gagah berani ia berperang melawan kaum murtad. Hingga belasan tebasan pedang dan lemparan anak panah mengenai pundaknya.

Dengan segala pengorbanannya kepada Islam Rasulullah Saw memuji Nusaibah dan keluarganya. Rasulullah Saw berkata kepada anak Nusaibah: “Semoga Allah Saw memberkahi keluargamu dan memberkahi ibumu”. Hanya satu yang diharapkan Nusaibah dengan pengorbanannya. Ia berkata : “Ya Rasulullah, doakan kami agar bisa menemanimu di syurga”. Atas kegigihannya membela kemuliaan Islam, Rasulullah pun mendoakan, “Ya Allah, jadikan keluarga ini kelak akan menemani kami di syurga”.

Kisah Nusaibah dapat menjadi inspirasi bagi kita, bahwa Islam yang tertanam kuat dalam diri seorang muslim mampu menjadikannya luar biasa. Pecinta Islam sejati akan sanggup mencurahkan segenap kemampuan untuk memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam kelak.

0 Comments

Post a Comment