Picture by http://romokoko.com/ |
Bagi
kaum muslim, jelang Natal dan Tahun Baru, menjadi penting untuk memahami makna
toleransi. Karena, atas nama toleransi sering seorang muslim terpaksa
mengucapkan, “Selamat Natal”. Demikian pula dengan Menteri Agama yang notabene
beragama Islam. Setiap kali perayaan hari besar agama tiba, beliau selalu
mengucapkan hal tersebut. Atau bahkan ada muslim yang turut diundang untuk
menghadiri perayaan natal. Jika menolak untuk datang, intoleran menjadi layak
dilekatkan pada diri mereka. Presiden Jokowi sendiri beserta beberapa pejabat
muslim lainnya berencana untuk menghadiri perayaan Natal sebagai bentuk
toleransi beragama. Seperti apa sebenarnya toleransi di dalam Islam?
Kaum
muslim menghargai perayaan agama lain. Namun tidak berarti boleh mengucapkan,
“Selamat Natal”. Apalagi sampai menghadiri perayaan natal. Kenapa? Karena Islam
memandang, melakukannya berarti meyakini bagian dari keyakinan agama lain. Dan
hal tersebut dilarang oleh Allah Swt. Jika dikatakan, “Berarti Islam tidak
toleran dong.”,“Berarti Islam tidak bisa menghargai agama lain dong”.
Pernyataan seperti itu cukup dijawab dengan mengatakan bahwa toleransi menurut
Islam terkandung dalam kalimat yang sangat utuh “lakum dinukum
waliyadin”(bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Jadi bagi Islam, toleransi
sesuai dengan makna yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu mendiamkan
atau membiarkan. Kaum muslim dilarang untuk mengganggu pemeluk agama lain saat
merayakan hari besarnya. Toleransi di dalam Islam, artinya kita memahami dimana
standing ground kita, memahami tentang akidah kita. Lalu akidah kita yang akan
jadi standar untuk memahami tentang perbuatan benar dan salah. Islam itu indah.
Wallahu a’lam bishawab.
0 Comments
Post a Comment