Thursday, May 19, 2022

Di Kampung Mertuaku Ada Begal Payudara

 


Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara adalah daerah kelahiran suamiku. Mertuaku masih tinggal disana. Sementara aku dan suamiku tinggal di daerah Tembung, Kabupaten Deli Serdang. Sekitar sebulan sekali kami pulang kampung ke rumah mertua.

Tentu saja, momen pulkam selalu memiliki kesan tersendiri di hati kami. Namun kali ini bukan ini yang hendak diceritakan. Tapi ada kasus kejahatan yang baru-baru ini terjadi di Sei Rampah. Diberitakan oleh Kompas.com pada pertengahan April lalu, sedang marak pelecehan seksual dengan istilah begal payudara disana.

Menceritakan detailnya membuatku jijik. Kasus yang sama sebelumnya pernah diberitakan terjadi di Jawa. Barangkali para pembaca sudah paham jenis pelecehan seksual yang aku maksud.

Pelaku mengendarai motor dan beraksi saat ada kesempatan, pada korban yang juga pakai motor. Korban mengaku mengenal pelaku. Dia sudah melaporkan tindak kejahatan itu ke polisi.

Satu lagi kasus yang menyadarkanku sebagai perempuan, kalau lingkungan hidup kita tidak aman. 

Terutama saat sendirian, di tempat sunyi. Secara pribadi, rasanya ingin sekali memiliki ilmu bela diri. Agar bisa secara spontan mencegah tindak pelecehan seksual, sebelum terjadi.

Tapi kesadaran akan kebutuhan itu tak dimiliki oleh keluargaku. Kebanyakan keluarga hari ini dengan segala keterbatasannya dan rutinitasnya, aku pikir tak terpikirkan akan hal itu pula.

Lebih dari itu, sebenarnya yang kita butuhkan adalah keberadaan para lelaki baik, yang dengan kesadarannya menghargai dan menghormati para perempuan. Kita butuh para lelaki yang memandang para perempuan sebagai saudaranya, yang harus dijaga dan dilindungi.

Tapi yang terjadi, justru muncul para lelaki yang usil, cuek, egois, pemalas, dan sejumlah sifat jelek lainnya yang melekat pada kaum lelaki. Tangan, mata, dan mulut dari sebagian kaum lelaki hari ini dipakai untuk melecehkan kaum perempuan.

Bila jauh melihat sejarah ke belakang sana, sikap yang sama juga ditunjukkan oleh lelaki pada perempuan. Peremehan, pelecehan, dan sikap keras dilakukan oleh para lelaki pada perempuan di berbagai peradaban. Peradaban arab jahiliyyah, romawi, india, china dan lain-lain. 

Namun ada satu peradaban yang tak memiliki catatan pelecehan pada perempuan, yakni peradaban Islam.

Sebagai isteri, seorang perempuan dihargai, salah satu bentuknya adalah memiliki hak berpendapat. Hal itu ditunjukkan oleh perisitwa di Hudaibiyyah. Saat Rasulullah saw meminta pendapat isterinya Ummu Salamah tentang satu persoalan. Pendapat Ummu Salamah yang solutif lalu diikuti oleh Rasul.

Sebagai anggota masyarakat, jangankan memegang bagian tubuhnya, memandang wajah perempuan berlama-lama saja para lelaki tak berani. Sebab ada perintah menjaga pandangan baik bagi lelaki maupun perempuan antar mereka pada al Qur’an surat an Nur ayat 30-31.

Tidak ada kesempatan para lelaki melecehkan para perempuan. Karena Rasulullah saw melarang lelaki dan perempuan yang bukan mahram untuk berdua-duaan. Kecuali jika perempuan itu ditemani mahramnya atau sesama perempuan dan untuk urusan penting seperti urusan pendidikan, kesehatan dan ekonomi, maka interaksinya dengan lelaki asing dibolehkan.

Peradaban Islam menunjukkan bahwa kehidupan kaum muslimin itu serius mencapai tujuan hidup, yakni ridha Allah swt. Muslim dididik untuk taat kepada Allah. Amal shalih semisal menuntut ilmu, bekerja, jihad adalah keseharian mereka. Sarana apapun yang bisa memalingkan muslim dari ketaatan, akan dicegah, semisal konten-konten yang berbau porno di masyarakat.

Jikapun sejarah ada mencatat satu dua pelecehan yang pernah terjadi, itu bukan dilakukan oleh lelaki muslim. Kasus pelecehan perempuan di pasar Yahudi Bani Qoinuqa’ dan di Amuriyah dilakukan oleh pria non muslim.

Disitu juga bisa terlihat bagaimana kesungguhan pemerintahan Islam dalam melindungi kehormatan perempuan. Sehingga sanksi yang diberikan pada pelaku pelecehan perempuan sangat berat.

Kembali kemasa kini. Miris. Negeri berpenduduk mayoritas muslim ini mengabaikan syariat Islam. Kehidupan sekuler ala barat diadopsi. Unsur-unsur berbau porno marak. Sistem pendidikan bertujuan membentuk manusia penghasil uang. Hasilnya, peradaban Islam yang sempat menaikkan martabat perempuan, kini harga diri itu jatuh kembali.

Selama pemerintahannya sekuler liberal, tak bisa berharap pemimpin negeri ini mampu melindungi kaum perempuan. Tak bisa berharap semua lelaki menjaga tangan, mata dan lisannya dari melecehkan perempuan.

Kini para perempuan harus strong, menjaga diri sendiri, sembari tentunya memperjuangkan terus kembalinya peradaban Islam yang kaffah.

0 Comments

Post a Comment