Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai Sumatera Utara adalah daerah kelahiran suamiku. Mertuaku masih tinggal
disana. Sementara aku dan suamiku tinggal di daerah Tembung, Kabupaten Deli
Serdang. Sekitar sebulan sekali kami pulang kampung ke rumah mertua.
Tentu saja, momen pulkam selalu memiliki kesan
tersendiri di hati kami. Namun kali ini bukan ini yang hendak diceritakan. Tapi
ada kasus kejahatan yang baru-baru ini terjadi di Sei Rampah. Diberitakan oleh
Kompas.com pada pertengahan April lalu, sedang marak pelecehan seksual dengan
istilah begal payudara disana.
Menceritakan detailnya membuatku jijik.
Kasus yang sama sebelumnya pernah diberitakan terjadi di Jawa. Barangkali para
pembaca sudah paham jenis pelecehan seksual yang aku maksud.
Pelaku mengendarai motor dan beraksi saat
ada kesempatan, pada korban yang juga pakai motor. Korban mengaku mengenal
pelaku. Dia sudah melaporkan tindak kejahatan itu ke polisi.
Satu lagi kasus yang menyadarkanku sebagai perempuan, kalau lingkungan hidup kita tidak aman.
Terutama saat
sendirian, di tempat sunyi. Secara pribadi, rasanya ingin sekali memiliki ilmu
bela diri. Agar bisa secara spontan mencegah tindak pelecehan seksual, sebelum
terjadi.
Tapi kesadaran akan kebutuhan itu tak
dimiliki oleh keluargaku. Kebanyakan keluarga hari ini dengan segala
keterbatasannya dan rutinitasnya, aku pikir tak terpikirkan akan hal itu pula.
Lebih dari itu, sebenarnya yang kita
butuhkan adalah keberadaan para lelaki baik, yang dengan kesadarannya
menghargai dan menghormati para perempuan. Kita butuh para lelaki yang
memandang para perempuan sebagai saudaranya, yang harus dijaga dan dilindungi.
Tapi yang terjadi, justru muncul para
lelaki yang usil, cuek, egois, pemalas, dan sejumlah sifat jelek lainnya yang melekat
pada kaum lelaki. Tangan, mata, dan mulut dari sebagian kaum lelaki hari ini
dipakai untuk melecehkan kaum perempuan.
Bila jauh melihat sejarah ke belakang sana, sikap yang sama juga ditunjukkan oleh lelaki pada perempuan. Peremehan, pelecehan, dan sikap keras dilakukan oleh para lelaki pada perempuan di berbagai peradaban. Peradaban arab jahiliyyah, romawi, india, china dan lain-lain.
Namun ada satu peradaban yang tak memiliki catatan pelecehan pada perempuan, yakni peradaban Islam.
Sebagai isteri, seorang perempuan
dihargai, salah satu bentuknya adalah memiliki hak berpendapat. Hal itu
ditunjukkan oleh perisitwa di Hudaibiyyah. Saat Rasulullah saw meminta pendapat
isterinya Ummu Salamah tentang satu persoalan. Pendapat Ummu Salamah yang
solutif lalu diikuti oleh Rasul.
Sebagai anggota masyarakat, jangankan
memegang bagian tubuhnya, memandang wajah perempuan berlama-lama saja para
lelaki tak berani. Sebab ada perintah menjaga pandangan baik bagi lelaki maupun
perempuan antar mereka pada al Qur’an surat an Nur ayat 30-31.
Tidak ada kesempatan para lelaki
melecehkan para perempuan. Karena Rasulullah saw melarang lelaki dan perempuan
yang bukan mahram untuk berdua-duaan. Kecuali jika perempuan itu ditemani
mahramnya atau sesama perempuan dan untuk urusan penting seperti urusan pendidikan,
kesehatan dan ekonomi, maka interaksinya dengan lelaki asing dibolehkan.
Peradaban Islam menunjukkan bahwa
kehidupan kaum muslimin itu serius mencapai tujuan hidup, yakni ridha Allah
swt. Muslim dididik untuk taat kepada Allah. Amal shalih semisal menuntut ilmu,
bekerja, jihad adalah keseharian mereka. Sarana apapun yang bisa memalingkan
muslim dari ketaatan, akan dicegah, semisal konten-konten yang berbau porno di
masyarakat.
Jikapun sejarah ada mencatat satu dua pelecehan
yang pernah terjadi, itu bukan dilakukan oleh lelaki muslim. Kasus pelecehan
perempuan di pasar Yahudi Bani Qoinuqa’ dan di Amuriyah dilakukan oleh pria non
muslim.
Disitu juga bisa terlihat bagaimana
kesungguhan pemerintahan Islam dalam melindungi kehormatan perempuan. Sehingga
sanksi yang diberikan pada pelaku pelecehan perempuan sangat berat.
Kembali kemasa kini. Miris. Negeri
berpenduduk mayoritas muslim ini mengabaikan syariat Islam. Kehidupan sekuler
ala barat diadopsi. Unsur-unsur berbau porno marak. Sistem pendidikan bertujuan
membentuk manusia penghasil uang. Hasilnya, peradaban Islam yang sempat
menaikkan martabat perempuan, kini harga diri itu jatuh kembali.
Selama pemerintahannya sekuler liberal, tak bisa berharap pemimpin negeri ini mampu melindungi kaum perempuan. Tak bisa berharap semua lelaki menjaga tangan, mata dan lisannya dari melecehkan perempuan.
Kini para perempuan harus strong, menjaga diri sendiri, sembari tentunya memperjuangkan terus kembalinya peradaban Islam yang kaffah.
0 Comments
Post a Comment