potongan e paper Harian Waspada Medan |
Manusia adalah makhluk berakal. Kemampuan
untuk berpikir menjadikan manusia berpeluang sebagai makhluk mulia dibanding
yang lainnya. Mengapa memakai kata berpeluang?
Sebab belum tentu manusia benar –
benar bermartabat hanya dengan potensi akalnya. Tergantung bagaimana cara
manusia itu berpikir. Jika ia berpandangan bahwa hidup ini dijalankan bebas
tanpa aturan Sang Pencipta, maka ia telah terjatuh pada derajat terendah.
Dipastikan, kreatifitas yang dihasilkannya bukannya berdampak baik justru
merusak dirinya dan orang lain. Baik dampak tersebut akan dirasakan di dunia
ataupun di akhirat kelak.
Sebutlah contoh kasus mucikari berstatus
pelajar asal Medan Denai yang ditangkap karena menjual temannya. Pemuda tersebut
terbilang cerdas. Dengan status pelajar dia sudah bisa berpikir untuk mecari
uang dengan berdagang.
Sayangnya ia bisnis dibidang kejahatan. Mengapa ia bisa melakukan
hal demikian? Tak lain disebabkan akalnya melakukan pembenaran. Baginya yang
penting dapat uang. Demi uang apapun sah dilakukan.
Akal remaja tersebut merasa bebas menilai
satu perbuatan sebagai benar dan salah. Sebab ia tak memiliki tuntunan hidup
dari Allah swt. Apa yang dilakukannya sebenarnya juga dilakukan oleh banyak
pelaku kejahatan lainnya.
Semisal para koruptor, yang menilai perbuatan
menyalahgunakan kepercayaan publik demi keuntungan pribadi sebagai kebenaran.
Ia memandang cara itu sah untuk mengembalikan modal kampanye di masa lalu.
Koruptor adalah orang pintar yang akalnya dituntun oleh hawa nafsu. Pilihan
hidup mereka memastikan derajat mereka telah jatuh serendah rendahnya.
Maka penting bagi kita untuk membina akal
dengan tuntunan Sang Pencipta Allah swt. Agar akal tidak liar menilai segala
sesuatu menurut keinginan naluri semata. Bayangkan jika anak – anak muda lurus
dalam berpikir, tentu mereka akan menghasilkan berbagai ide demi kemajuan umat. Bukannya menciptakan berbagai bentuk bisnis kejahatan. Mereka tidak akan menyia
– nyiakan hidup untuk aktifitas yang tiada berguna.
Jika pemimpin tunduk akalnya pada hukum –
hukum Allah swt, tentu akan menjalankan amanah secara maksimal. Ia akan mampu memberi
rasa aman pada rakyatnya. Bukannya memusuhi rakyat yang mengkritiknya.
Ia akan
mampu mensejahterakan rakyat. Bukannya memanfaatkan harta milik rakyat demi
keuntungan pribadi. Iapun akan mampu mendorong seluruh rakyatnya agar taat pada
Allah swt.
0 Comments
Post a Comment