![]() |
Meme Comic Indonesia |
Ketika penguasa mempertontonkan ketidakadilan, kepercayaan rakyat
akan hilang dengan sendirinya. Untuk kesekian kali standar ganda digunakan oleh
penguasa untuk menyikapi prilaku rakyatnya.
Baru-baru ini beredar dan viral,
video seorang remaja berusia 16 tahun yang sedang menghina Presiden Jokowi.
Dalam video berdurasi 19 detik di akun Instagram @jojo_ismayaname itu sang pria
memegangi foto presiden, menunjuk-nunjuk ke arah foto tersebut sambil
mengucapkan kalimat-kalimat kebencian. “Gue tembak orang ini. Gue pasung,
ini kacung gue, kacung gue. Gue lepasin kepalanya,” teriaknya di dalam
video.
Tak lama setelah remaja itu diamankan, pihak kepolisian memberikan
keterangan. Kabid Humas Polda Metro Jaya. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes
Argo Yuwono mengatakan, saat dimintai keterangan oleh polisi, remaja tersebut
mengaku tak benar-benar berniat menghina Presiden (Kompas.com).
Setelah minta
maaf, pelaku pun dibebaskan. Pasca kejadian, polisi bermaksud mengusut penyebar
video tersebut.
Ingatan netizen pun terbang ke beberapa waktu sebelumnya. Seorang
remaja SMK berusia 18 tahun, pemilik akun Facebook Ringgo Abdillah ditangkap
karena di duga menghina Presiden Jokowi dan Kapolri Tito Karnavian.
Ia pun
akhirnya divonis delapan belas bulan penjara. Andai ia tahu bahwa penghina
presiden lainnya bisa dibebaskan dengan minta maaf, dia pasti sudah
melakukannya. Tapi apakah pemuda SMK ini tak menyesali perbuatannya yang
berujung bui itu? Mungkinkah sebenarnya dia pun minta maaf tapi tak diindahkan?
Pastinya rakyat melihat ketidakadilan dalam hal ini. Dan bukan
hanya dalam kasus kedua pemuda itu saja. Kita tentu masih ingat kasus Victor
Laiskodat yangmenghina Islam. Bukannya ditangkap, dia justru melenggang maju
dalam pertarungan Pilkada. Apa kabar kasus Ibu Sukmawati yang kemarin telah
menghina cadar dan azan?
Netizen pun meyakini, latar belakang pelaku ujaran
kebencian itu menentukan nasib mereka. Bila ia berasal dari orang ‘penting’,
maka dengan mudah dibebaskan. Sebaliknya bila dia bukan siapa-siapa, hanya
rakyat biasa, apalagi berasal dari kalangan umat Islam yang mengekspresikan isi
hatinya, maka ia dengan segera mendapatkan sanksi.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan sila
ke-5 Pancasila rupanya hanya berjalan setengah-tengah, tergantung latar
belakang rakyat yang sedang menjadi sorotan atau yang memiliki perkara.
Ketidakadilan yang terus dipertontonkan akan membuat masyarakat sadar, bahwa
kekuasaan telah dijalankan sesuai selera penguasa. Umat pun akan makin sadar,
betapa buruknya sistem pengaturan pemerintah yang sedang dipakai sekarang.
Hanya dengan kembali kepada sistem pengaturan yang telah diciptakan oleh Allah
SWT lah ketidakadilan bisa dihapuskan dari muka bumi.
https://muslimahtimes.com/drama-ketidakadilan-hukum-yang-tidak-pernah-tamat/
0 Comments
Post a Comment