Wednesday, November 23, 2016

Mengidolakan Barbie, Apa Pengaruhnya Bagi Anak?

Forbe
“Wajah kakak bersihkan kenapa?”
(Aku menatap wajahnya dengan tatapan heran).
“Ia tahi lalat kakak hilangkan aja?
“Loh kenapa? Inikan Allah yang kasih. Mana boleh dihilangkan.”
“Biar cantik kayak barbie”.
***
Jelang mengisi pesantren kilat untuk suatu majelis ta’lim remaja pada Ramadhan lalu, saya disapa seorang gadis kecil. Namanya Fira. Begitulah dialog kami. Fira si gadis kecil imut dan lucu, berumur sekitar 4 tahun itu memberi ‘nasihat’ untuk merubah keadaan wajah saya, agar bisa secantik tokoh kegemarannya, barbie.  
Tanpa disadari oleh Fira, sudah terbentuk persepsi dalam benaknya, tentang sosok ideal seorang wanita. Standarnya adalah wajah mulus dan putih, serta hidungnya yang mancung. Ia sudah mengenal kata cantik dari tokoh boneka barbie.
Apa sampai disitu saja? 
Tak sesederhana itu. Boneka barbie produksi barat itu bukan cuma berwajah cantik, tapi tubuhnya juga langsing dan berpakaian serba terbuka. Bisa jadi dalam memandang penampilan terbaik seorang wanita pun, Fira akan mengukurnya dari penampilan boneka barbie yang fashionable bergaya kebarat-baratan. Kalau anak muda di barat sana, sampai ada yang rela mengeluarkan uang jutaan dolar hanya agar dirinya bisa menyerupai boneka barbie. 

Di Indonesia, meski kasus operasi plastik agar mirip barbie belum pernah ditemukan, tapi soal merubah penampilan fisik supaya bisa mengikuti standar cantik di masyarakat, sudah banyak yang melakukan.
Allah Swt telah memberi pada diri manusia potensi mengagungkan sesuatu. Wujud dari rasa mengagungkan sesuatu, disalurkan secara tepat dengan mengagungkan Sang Pencipta manusia Allah Swt. Selain itu, bentuk lainnya dari potensi tersebut ialah rasa kagum terhadap manusia. Saat kita menemukan kelebihan pada diri seseorang yang menyenangkan hati, dan ianya tidak ada pada diri kita, pasti rasa kagum timbul hingga menjadikan orang itu sosok ideal untuk ditiru.
Maka yang dirasakan Fira adalah sesuatu yang wajar. Tidak aneh pula bila kita kagum terhadap Musa misalnya, anak Indonesia yang diusia kecilnya mampu menghafal al Qur’an 30 juz dan mengharumkan nama Indonesia di berbagai event internasional. Kita juga akan kagum kepada Rasulullah Saw dan para sahabatnya, yang selama hidup mereka banyak berkorban untuk Islam. Mereka menjadi hamba yang paling taat kepada Allah Swt. Mereka mempersembahkan masa hidupnya untuk mengembangkan Islam.
Inilah pentingnya bagi orangtua untuk mengarahkan anak-anak menemukan sosok idola yang tepat. Jangan sampai anak mengidolakan manusia-manusia yang tidak mencerminkan pribadi Islam. Jangan sampai tertanam dalam pikiran anak tentang prilaku benar salah menurut tokoh panutan yang bukan berasal dari Islam. Mari kita bimbing anak-anak kita untuk meneladani nabinya. Muhammad Rasulullah Saw adalah sosok idola sejati yang sangat pantas ditiru. 
Prilakunya akhlakul karimah, tidak bikin kita lupa diri bahwa kita adalah hamba Allah Swt. Rasulullah Saw menjaga kita di dunia dan akhirat dengan mewariskan al Qur’an dan as sunnah, agar kita bisa berpegang pada keduanya dan tak akan tersesat. Ia amat peduli  pada umatnya, hingga saat deti-detik malaikat pencabut nyawa hendak melakukan tugasnya, Rasulullah Saw menyebut dan mengingat kita, “ummati.. ummati”.
Mari mengenalkan sejak dini, sosok Rasulullah Saw dan para sahabat kepada anak-anak kita. Ganti tontonan mereka yang kurang bermanfaat, dengan film-film sejarah perjuangan Nabi dan sahabat. Kita juga bisa membiasakan diri mendongeng tentang kisah-kisah mereka pada anak menjelang tidurnya. Insya allah dengan didikan Islami yang berkelanjutan, anak-anak kita akan rindu menjadikan diri mereka sebagaimana generasi salaf.

0 Comments

Post a Comment