![]() |
“Wajah kakak bersihkan kenapa?”
(Aku menatap wajahnya dengan tatapan heran).
“Ia tahi lalat kakak hilangkan aja?
“Loh kenapa? Inikan Allah yang kasih. Mana boleh dihilangkan.”
“Biar cantik kayak barbie”.
***
Jelang mengisi pesantren kilat untuk
suatu majelis ta’lim remaja pada Ramadhan lalu, saya disapa seorang gadis
kecil. Namanya Fira. Begitulah dialog kami. Fira si gadis kecil imut dan lucu, berumur
sekitar 4 tahun itu memberi ‘nasihat’ untuk merubah keadaan wajah saya, agar
bisa secantik tokoh kegemarannya, barbie.
Tanpa disadari oleh Fira, sudah terbentuk persepsi dalam benaknya,
tentang sosok ideal seorang wanita. Standarnya adalah wajah mulus dan putih,
serta hidungnya yang mancung. Ia sudah mengenal kata cantik dari tokoh boneka
barbie.
Apa sampai disitu saja?
Tak sesederhana
itu. Boneka barbie produksi barat itu bukan cuma berwajah cantik, tapi tubuhnya
juga langsing dan berpakaian serba terbuka. Bisa jadi dalam memandang
penampilan terbaik seorang wanita pun, Fira akan mengukurnya dari penampilan
boneka barbie yang fashionable bergaya kebarat-baratan. Kalau anak muda di
barat sana, sampai ada yang rela mengeluarkan uang jutaan dolar hanya agar
dirinya bisa menyerupai boneka barbie.
Di Indonesia, meski kasus operasi plastik
agar mirip barbie belum pernah ditemukan, tapi soal merubah penampilan fisik
supaya bisa mengikuti standar cantik di masyarakat, sudah banyak yang
melakukan.
Allah Swt telah memberi pada diri manusia
potensi mengagungkan sesuatu. Wujud dari rasa mengagungkan sesuatu, disalurkan
secara tepat dengan mengagungkan Sang Pencipta manusia Allah Swt. Selain itu,
bentuk lainnya dari potensi tersebut ialah rasa kagum terhadap manusia. Saat
kita menemukan kelebihan pada diri seseorang yang menyenangkan hati, dan ianya tidak
ada pada diri kita, pasti rasa kagum timbul hingga menjadikan orang itu sosok
ideal untuk ditiru.
Maka yang dirasakan Fira adalah sesuatu
yang wajar. Tidak aneh pula bila kita kagum terhadap Musa misalnya, anak
Indonesia yang diusia kecilnya mampu menghafal al Qur’an 30 juz dan
mengharumkan nama Indonesia di berbagai event internasional. Kita juga
akan kagum kepada Rasulullah Saw dan para sahabatnya, yang selama hidup mereka
banyak berkorban untuk Islam. Mereka menjadi hamba yang paling taat kepada
Allah Swt. Mereka mempersembahkan masa hidupnya untuk mengembangkan Islam.
Inilah pentingnya bagi orangtua untuk
mengarahkan anak-anak menemukan sosok idola yang tepat. Jangan sampai anak
mengidolakan manusia-manusia yang tidak mencerminkan pribadi Islam. Jangan sampai
tertanam dalam pikiran anak tentang prilaku benar salah menurut tokoh panutan
yang bukan berasal dari Islam. Mari kita bimbing anak-anak kita untuk
meneladani nabinya. Muhammad Rasulullah Saw adalah sosok idola sejati yang
sangat pantas ditiru.
Prilakunya akhlakul karimah, tidak bikin kita lupa diri
bahwa kita adalah hamba Allah Swt. Rasulullah Saw menjaga kita di dunia dan
akhirat dengan mewariskan al Qur’an dan as sunnah, agar kita bisa berpegang
pada keduanya dan tak akan tersesat. Ia amat peduli pada umatnya, hingga saat deti-detik malaikat
pencabut nyawa hendak melakukan tugasnya, Rasulullah Saw menyebut dan mengingat
kita, “ummati.. ummati”.
Mari mengenalkan sejak dini, sosok
Rasulullah Saw dan para sahabat kepada anak-anak kita. Ganti tontonan mereka
yang kurang bermanfaat, dengan film-film sejarah perjuangan Nabi dan sahabat.
Kita juga bisa membiasakan diri mendongeng tentang kisah-kisah mereka pada anak
menjelang tidurnya. Insya allah dengan didikan Islami yang berkelanjutan,
anak-anak kita akan rindu menjadikan diri mereka sebagaimana generasi salaf.
0 Comments
Post a Comment