Judul Buku : Mendatangi Kesulitan
Penerbit : AzzaMedia
Ketebalan : 133 Halaman
Tahun terbit : cetakan pertama, 2015
ISBN : 9-786027-247413
Peresensi : Eva Arlini
Kaya
akan pemikiran, menggambarkan kepekaan dan kepedulian pada berbagai
permasalahan bangsa, merupakan kesimpulan dalam benak saya sehabis membaca buku
ini. Berisi kumpulan tulisan penulis yang diterbitkan di Harian Waspada Medan
tiap hari Senin dan Kamis.
Kolom
Foliopini namanya, sesuai dengan jumlah kata dalam tulisan tersebut, satu
folio, tidak boleh lebih. Ada sekitar 30 judul tulisan, yang masing-masing mengandung
hikmah dan harapan akan kebaikan negeri ini.
Judul
pertama “Mendatangi Kesulitan”, sekaligus menjadi judul buku ini, yang awalnya
saya kira menjadi tema bagi semua tulisan yang ada di dalamnya. Judul ini
berisi pesan bagi kita untuk berani mengalami hambatan dan kesulitan dalam
bidang yang kita geluti, guna menempah diri menjadi lebih berkualitas.
Banyak
mengeluh hanya akan membentuk kita menjadi orang yang terlihat hanya punya
kekurangan, tergerus sebagai manusia yang sebenarnya punya kelebihan. Tulisan
dalam judul ini dilatarbelakangi fakta yang penulis jumpai tentang seorang
mahasiswa yang menyatakan kesulitannya menembus narasumber karena hanya berasal
dari pers mahasiswa di kampusnya.
Ada
judul “Pembuka Katub”. Keberadaan orang-orang yang menerobos lalu lintas
menjadi contoh awal pada judul ini. Bahwa bila diperhatikan, prilaku menerobos
lalu lintas ternyata diawali oleh orang yang lebih dulu menerobos. Artinya,
sering kali keputusan yang melandasi sikap prilaku komunal dipengaruhi prilaku
seseorang. Orang yang bertindak inilah yang disebut “pembuka katub”.
Jadi kalau setelah peristiwa 11 September
WTC mendadak soal terorisme jadi sangat penting, atau kalau sekarang isu ISIS
mendadak jadi trending topik, dan Jokowi mendadak jadi presiden, maka kenalilah
siapa sang “pembuka kutub” itu. Mereka ada di depan sebarisan sekelompok
pemikir strategis yang hari-harinya “membaca” sikap, perilaku, dan apapun
kecenderunganmu. Dengan data di tangan kanan, dan media massa di tangan kiri,
mereka dengan leluasa mengenakan kaca mata di depan hidungmu. Hingga apapun
yang engkau anggap penting kemudian adalah apa yang mereka inginkan kau anggap
penting. (hal. 31)
Judul
lainnya yang cukup berkesan tentang “Daya Tarik”. Seringkali pikiran dan
tindakan seseorang dipengaruhi kata “menarik”, tanpa perlu alasan rasional yang
mendasarinya. Dengan pesan yang “menarik” pula, penjajahan gaya baru bisa
dengan mudah menjerat satu bangsa.
Ketika tawaran uang yang banyak begitu
menggiurkan, maka kita menganggap pembangunan berbasiskan pinjaman (utang) yang
paling cocok bagi kita. Ketika budaya pop yang disenandungkan secara massif itu
begitu mengasyikkan, maka kita pun tergoda “memakainya”. Ketika kebebasan dan
demokrasi itu terus merayu-rayu, kita pun menilainya paling tepat untuk
diamalkan.” (Hal. 55)
Sebagai
seorang wartawan, dengan jumlah halaman yang cukup singkat, penulis berhasil
menyajikan tulisan yang padat informasi, juga terlihat berusaha menyederhanakan
bahasa dengan gaya bertutur narasi.
Meski tak bisa terelakkan adanya beberapa
istilah yang kurang dimengerti, terutama istilah dalam dunia jurnalistik
seperti proximity, profan dan lain sebagainya. Asalkan kita orang yang hobi
membaca dan peduli pada sesama, buku in cukup menarik untuk membuka wawasan
kita.
0 Comments
Post a Comment