Friday, October 28, 2016

Antara Penyusutan dan Perempuan

Check It Out
Nggak terasa rupanya sudah empat tahun aku lulus kuliah. Ingatan tentang masa kuliah barangkali berguguran sedikit demi sedikit. Yang masih lekat diingatan, sosok dosen favorit ibu Shita Tiara. 

Terakhir kali beranjak dari kampus, beliau diangkat jadi Dekan Fakultas Ekonomi UMN Al Wahliyah. Menurutku beliau paling menarik mengajarnya. Beliau selalu bisa menuangkan pelajaran akuntansi ke dalam dunia sosial. Salah satunya saat membahas tentang penyusutan.

Menurut ilmu akuntansi, penyusutan berkaitan dengan bahasan aktiva tetap (harta perusahaan yang punya masa manfaat panjang). Barang-barang seperti kendaraan, bangunan dan peralatan yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan dalam aktivitas operasional akan mengalami pengurangan manfaat ketika digunakan. Berkurangnya masa manfaat itulah yang disebut penyusutan.

Bu Shita mengkaitkan bahasa penyusutan dengan perempuan. “Kita pun nak, lama-lama berkurang masa manfaatnya. Ya kan.” Kurang lebih begitu kata-kata bu Shita.

Kita merasakan, seiring bertambahnya usia, manusia akan mengikuti sunnatullah. Energi yang berkurang, kemampuan indera yang berkurang dan ingatan yang berkurang. 

Pada perempuan, akan tiba masanya dia mengalami menopause yang artinya berkurang pelayanan kepada suami secara seksual. Jadi, kata penyusutan bisa dikaitkan dengan hal ini.

Ada tapinya kalau menurutku. Bisa jadi bu Shita juga berfikir sama. Manfaat seorang muslimah dalam menginspirasi orang lain, pemberi motivasi ataupun melakukan amal-amal salih kiranya tidak akan ikut berkurang dengan beruragnya usia. Ketika seorang muslimah pandai memanfaatkan masa mudanya dengan baik. 

Ketika energi masih banyak, ingatan masih kuat, indera masih tajam dia tak lupa beribadah dengan maksimal, berinfak, menuntut ilmu Islam, berdakwah demi mencerahkan pemikiran umat dan selalu berada dalam ketaatan pada Allah swt, insya allah usia yang bertambah  membuatnya menjadi sosok muslimah berpengalaman, kaya ilmu dan inspiratif. Manfaatnya tentu sangat besar bagi umat.

Asma binti Abu Bakar adalah motivator bagi anaknya untuk berani bertempur di medan jihad. Pada usia seratus tahun, dalam keadaan buta ia tak minta dikasihani oleh anaknya, bahkan mendorong anaknya Abdullah untuk berjihad. Ibunda Siti Khadijah, kesayangan Nabi Muhammad saw dinikahi dalam usia yang tidak muda. 

Khadijah senantiasa member manfaat pada suaminya, dengan dukungan harta bagi dakwah dan karakter istri saliha yang ada pada dirinya. Di masa-masa dakwah penuh kesulitan, Rasulullah saw mendapat ketenangan berada di sisi Khadijah.

Muslimah itu luar biasa, tak akan berkurang manfaat dirinya bagi keluarga dan masyarakatnya, selama dia adalah muslimah saliha.

0 Comments

Post a Comment