Apa negeri muslim ini harus seperti negeri-negeri komunis yang
tingkat bunuh dirinya tinggi? Tentu kita tidak menginginkannya. Negeri kita
negeri beragama, bahkan mayoritasnya memeluk agama Islam. Kita punya Islam
sebagai problem solving bagi segala persoalan hidup kita. Tidak pantas
bangsa Indonesia ada yang mengalami stress berlebihan hingga punya keinginan
bunuh diri, ketika kita meyakini bahwa ada Allah Swt yang Maha Pengasih dan
Penyayang pada hambaNya.
Namun survey kesehatan mental oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) pada
tahun 2015 lalu, benar-benar mengejutkan. Ketika diberi pertanyaan kepada
10.300 siswa SMP dan SMA mewakili remaja di 34 provinsi tentang masalah
kesehatan mereka, maka hasilnya sekitar 650 orang dari mereka teridentifikasi
memiliki rasa ingin bunuh diri. Alasan remaja tersebut, mereka merasa kesepian
dan kurang kasih sayang dari keluarga. Survei tersebut juga mengungkap tentang
peningkatan jumlah siswa yang merokok, mengonsumsi alkohol dan narkoba.
Hal yang membuat kita semangat bertahan hidup adalah harapan,
tujuan ataupun rencana masa depan. Semua itu ditopang oleh dukungan, terutama
dari orang-orang terdekat. Bisa kita pahami bagaimana pikiran dan perasaan
anak-anak yang ingin bunuh diri itu. Mereka sepertinya kehilangan harapan, tak
mengerti tujuan dan kabur akan rencana masa depan. Mereka merasa sia-sia untuk
berbuat, sebab kurang pengarahan. Tak ada yang membantu mereka menetapkan
tujuan hidup dan menapakinya dengan penuh keberanian. Kasihan. Padahal pemuda
punya energi besar yang bila dikelola
dengan baik, potensi itu bisa dipakai untuk membangun peradaban yang lebih
bermartabat yaitu bangunan peradaban Islam seperti di masa kejayaannya dahulu.
Bapak dan ibu yang berperan sebagai orangtua, meski tak meminta,
bisa jadi ratusan anak yang mengaku bosan hidup itu mewakili suara anak-anakmu.
Maka dengarlah ungkapan hati anak-anakmu itu. Perhatian dan kasih sayang amat
penting bagi setiap manusia termasuk anak-anakmu. Bapak dan ibu, berhentilah
memandang bahwa cara utama menunjukkan kasih sayang pada anak-anak adalah
dengan memberi mereka uang dan fasilitas hiburan.
Bapak dan ibu, berhentilah menganggap bahwa kasih sayang terpenting
ditunjukkan dengan menyekolahkan anak di sekolah berkelas internasional atau full
day school, dengan tujuan menjadikan sekolah tempat utama membentuk anak agar
baik. Bapak dan ibu, berhentilah berprasangka bahwa menghabiskan banyak waktu
dalam bekerja lebih baik, karena toh semua dilakukan untuk anak juga. Hingga
efeknya, ibu dan bapak kehilangan waktu yang cukup untuk bersentuhan dengan
anak.
Marilah kita renungi sabda Rasulullah Saw: “Cintailah
anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka
tepatilah... (HR. Ath-Thahawi).
Bapak dan ibu, ayolah berkomitmen untuk menyayangi
anak dengan cara yang benar sesuai Islam. Beri bekal akidah yang kuat kepada
anak-anakmu, tanamkan rasa cinta yang besar dalam diri mereka kepada Allah Swt
dan RasulNya. Pegang tangan mereka, tuntun mereka menuju tujuan hidup hakiki
yaitu meraih ridha Allah dalam setiap perbuatan mereka. Berilah teladan yang
baik, contohkan bagaimana berakhlak sesuai Islam dan taat sepenuhnya pada Allah
Swt hingga mereka tak mudah tergoda bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu merawat
dan mendidik anak dengan baik bisa dilakukan bila orangtua juga senantiasa
menambah pemahaman Islam pada diri mereka.
Kepada penguasa negeri ini, sadarilah kalau selama ini engkau abai
pada urusan rakyatmu. Engkau beri keleluasaan pada pemikiran dan budaya sekuler
ala barat untuk berkembang dalam benak rakyatmu hingga mereka jauh dari Islam
dan rapuh menghadapi hidup. Engkau adopsi sistem hidup barat yang
menyengsarakan rakyatmu lahir bathin.
Pikirkanlah hadist Rasulullah Saw, “Imam
(pemimpin, kepala negara) adalah bagaikan penggembala; ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas gembalaannya.” (HR. Ahmad, asy-Syaikhan, at-Tirmidzi
dan Abu Dawud, dari Ibnu Umar).
Seorang penggembala akan merawat ternak-ternak mereka dengan
sebaik-baiknya, tidak akan dibiarkan lapar ataupun sakit. Hadist tersebut
memahamkan kita bahwa seorang pemimpin negara bertanggungjawab atas urusan
rakyatnya. Ratusan pemuda yang lemah mental itu jelas membutuhkan peran negara
untuk kembali membangkitkan ghirah hidup mereka. Mereka butuh keluarga
yang memahami perannya. Semua anak butuh orangtua, yang sejak awal membina
rumahtangga, sudah berbekal ilmu parenting. Kelak ketika para pemuda menikah,
mereka juga harus merawat dan mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Sudah selayaknya negara menyediakan model pendidikan yang
berorientasi membentuk pemahaman hidup yang benar pada anak didik. Gunakanlah
sistem pendidikan Islam yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah. Sistem
pendidikan Islam dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, mengutamakan
pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dengan tidak mengabaikan ilmu-ilmu
keduniaan.
Pola pikir anak harus dibentuk bahwa tujuan hidup adalah semata
untuk meraih ridha Allah Swt. Sebagai hamba Allah Swt, mereka harus dipahamkan
bahwa menjalani peran apapun baik sebagai murid, orangtua, anak, anggota
masyarakat, sebagai pemimpin dan lainnya, mereka harus menjalaninya sesuai
perintah dan larangan Allah Swt. Pola sikap mereka harus dibentuk dengan
pengajaran praktek-praktek Islam menyangkut berbagai peran kehidupan mereka.
Wahai penguasa, rakyat butuh suasana dan lingkungan kondusif untuk
memelihara keimanan dan ketaatan mereka pada Allah Swt. Hentikan berbagai
pengaruh gaya hidup kafir barat yang melenakan. Tutup tempat-tempat maksiat.
Jadikan media baik elektronik maupun media massa sebagai sarana dakwah hingga rakyatmu
tak rakus akan dunia dan mengutamakan kewajiban mereka sebagai orangtua dan
lainnya. Terapkan sistem ekonomi Islam agar rakyatmu sejahtera, supaya orangtua
tak lagi berpikir harus menghabiskan banyak waktu mereka untuk bekerja, hingga
melalaikan tugas sebagai orangtua dan lainnya.
Buang pandangan hidup kapitalis
sekuler dan ganti dengan syariah Islam dalam insitusi Khilafah, agar peran
negara sesuai Islam bisa terlaksana. Semoga Ramadhan menjadi momentum kesadaran
umat kembali pada syariah Islam demi kemuliaan hidup dunia akhirat. Wallahu
a’lam bishawab.
0 Comments
Post a Comment