Sebesar-besar cinta seorang hamba, ialah cinta pada Allah Swt dan RasulNya. Satu kisah generasi awal Islam, menggambarkan betapa cinta tertinggi di hatinya hanyalah untuk agama. Suatu ketika, Zaid bin Datsinah dan lima orang muslim lainnya diutus oleh Rasulullah Saw untuk mengajarkan Islam pada suatu kaum. Ternyata kaum itu tak benar-benar ingin belajar Islam. Mereka memperdaya para sahabat Nabi. Utusan itu pun terbunuh, tak ada yang tersisa. Sebelum dibunuh, orang kafir bertanya pada Zaid bin Datsinah, “Sekarang, apakah engkau senang jika Muhammad berada di tangan kami menggantikan tempatmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluarga keluargamu?”
Kalau kita yang ditanya begitu kira-kira
jawabnya apa ya? Kebanyakan manusia cenderung lebih suka mempertahankan diri
ketimbang berkorban buat orang lain. Tapi betapa cintanya Zaid bin Datsinah
pada Rasulullah Saw, terlepas apakah tawaran orang kafir itu basa basi atau
sungguhan, Zaid bin Datsinah dengan tegas menjawab, “Demi Allah! Aku tidak
rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya,
sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku”.
Ini namanya jawaban yang mengagumkan. Jawaban
yang hanya bisa diucapkan seorang pecinta sejati. Kaum kafir pun menunjukkan
kekaguman dan berkata, “ Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai
sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad.”
Eits, jangan bandingkan kisah Zaid bin
Datsinah dengan kisah percintaan anak zaman sekarang ya. Yang bunuh diri karena
dilarang nikah sama pacarnya oleh orangtuanya. Atau kisah dongeng, romeo n
juliet yang mati atas nama cinta. Ini mah bukan cinta sejati namanya, tapi
prasangka diri terhadap hawa nafsu belaka. Kenapa begitu? Iya.
Kalau kita renungi, siapa sih pemberi rasa
suka pada lawan jenis? Siapa pemberi rasa cinta? Jawabnya adalah Allah Swt.
Maka sebagaimana yang disebut dalam al Qur’an surat al Baqarah ayat 216, “Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Nah
kalau Allah Swt mengabarkan bahwa Allahlah yang Maha Tahu hakikat segala
sesuatu, maka apa yang disebut cinta sejati juga mesti tanya kepada Allah Swt.
Menurut Islam, cinta sejati adalah cinta pada Allah dan RasulNya serta
mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan RasulNya. Kalau cinta dalam ikatan
pacaran jelas bukan cinta sejati, karena pacaran sendiri perbuatan yang dibenci
oleh Allah Swt seperti yang dijelaskan dalam al Qur’an surat al Isra’ ayat 32.
Kini Rasulullah Saw telah tiada. Cinta sebagaimana
yang ditunjukkan Zaid bin Datsinah tak bisa kita lakukan. Tapi Rasulullah Saw
mewariskan al Qur’an dan as sunnah kepada kita. Rasul pernah bersabda, “Aku
tinggalkan dua perkara pada kalian, yang jika kalian berpegang pada keduanya,
maka kalian tak akan tersesat selama-lamanya. Yaitu Kitabullah (al Qur’an) dan
Sunnah (Hadist)”.
Maka cinta pada Allah Swt dan RasulNya
zaman ini bisa kita tunjukkan dengan berpegang teguh pada al Qur’an dan As
sunnah. Senantiasa mentadabburi ayat-ayat Allah Swt yang tersurat dan
mentafaqquri ayat-ayat Allah Swt yang tersirat di alam semesta. Berusaha
mempelajari dan memahami seluruh aturan Allah Swt, serta memperjuangkan agar
Islam diterapkan secara sempurna dalam kehidupan. Terlebih ketika kita memasuki
bulan Ramdhan, bulan penuh ampunan, bulan dilipatgandakannya pahala dari setiap
amalan. Bisa jadi dalam memperjuangkan kebangkitan Islam, nyawa menjadi taruhannya. Subhanallah itu hanya akan terjadi pada orang-orang pilihan. Kitakah orangnya? Wallahu a'lam.
Alhamdulillah. Bersyukur rasanya
dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan. Beruntung, masih diberi kesempatan
memperbaiki yang pernah terlalai, merubah yang masih tersalah dan menambah yang
kurang dari amal-amal shaleh suruhanNya. Semoga kali ini amalan kita lebih maksimal dari sebelumnya.
Semoga Ramadhan bisa jadi bulan dimana kita merasakan cinta sejati pada Allah Swt
dan Rasulullah Saw, amin
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1437 H. Mohon maaf lahir bathin.
0 Comments
Post a Comment