Sunday, March 20, 2016

Memetik Hikmah Dari Berkendara (Review)


Judul buku: "On the Road Cerita Hati Pengguna Kereta Api"
Penulis: Baban Sarban
Penerbit: Quanta

Buku yang satu ini karya jadul dari penulis dan blogger Baban Sarbana. Dan mungkin sanking jadulnya, buku yang saya beli seharga 5000 rupiah di bazar gramedia ini, tidak dimasukkan ke dalam daftar karya sang penulis yang tercatat di blog pribadi beliau. Padahal karya perdana beliau di catatan tersebut tertulis tahun 2002, sama dengan tahun terbit buku ini. Tapi kok ya buku ini nggak dicantumin? Waalahu a'lam bishawab.

By the way, tulisan di buku ini yang disebut oleh penulisnya sebagai cernil alias cerita bernilai, merupakan kumpulan kisah tentang berkendara, khususnya naik kereta api.
Pada waktu itu sehari harinya penulis berangkat dan pulang dari tempat kerja naik kereta api kelas ekonomi non AC. Mungkin yang udah pernah ngalamin bisa merasakan tantangan naik kereta api kelas orang kecil tersebut ya. Suasana desak desakan sesama penumpang, nggak dapat tempat duduk, ancaman copet, dihibur pemusik jalanan dan lain sebagainya. Itu pula yang dirasakan dan diceritakan penulis.

Kisah lucu, sedih maupun senang dari penulis  disajikan dengan petikan hikmah. Diantaranya kisah tentang dua orang cacat. Waktu di kereta apai, pernah penulis bertemu dengan seorang penumpang yang tangannya buntung sebelah. Pria itu sempat menawari penulis permen. Pria itu asyik membaca buku. Tanpa sadar ada yang sedang mengincar dompetnya. Saat pria tersebut tersadar dompetnya sudah hilang. Lalu penulis menyebut pencopet yang membawa lari dompet pria bertangan buntung sebenarnya juga cacat, cacat moral. Ia, pelaku maksiat itu bisa disebut cacat moral.

Kisah lainnya ada tentang  rekam ingatan penulis sepanjang perjalanan ke kantor. Maklum saat itu sedang musim pemilu. Hasil pengamatan penulis seputar gaya poster caleg lumayan lucu. 1. Penampakan. Ini poster caleg yang dibelakangnya ada foto orang lain, yang entah siapa. Petani, anak kecil, nelayan dll 2. Pas-pasan. Ini sebutan untuk poster yang nyakitin mata bacanya, karena keterbatasan dana, maka kombinasi warnanya nggak karuan. 3. Pelamar pekerjaan. Fotonya kirim lampiran di curriculum vitae kalau ngelamar kerja. Masih ada tujuh gaya lain yang diceritakan.


Sebagai teman santai, buku ini cukup enak. Penulis telah meramu pengalaman sehari hari dengan selipan pesan dan kesan. Menghadapi gerahnya naik kereta api kelas ekonomi, sebagian orang mungkin akan banyak mengeluh. Tapi penulis justru memberi pelajaran bahwa bahagia itu pilihan. Perjalanan yang semula terasa membosankan menjadi menarik karena pengalaman itu jadi ide nulis. Memang, kepekaan pada sekitar bisa membuat seorang penulis jadi produktif.

0 Comments

Post a Comment