https://www.wowkeren.com/ |
Banyak sisi yang bisa dikomentari dari
pernikahan youtuber nomor wahid Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Bukan
julid dengan kebahagiaan orang lain. Menikah itu ibadah. Menikah itu cara sah
dimata Allah untuk menjalin kasih antar sepasang lelaki dan perempuan. Ada yang
menikah, tentu kita harus turut bahagia.
Namun tidak pula mentang-mentang menikah itu suatu kebaikan, lantas segala peristiwa yang menyertainya juga harus dianggap baik. Bukan berarti karena orang sedang bahagia, lantas seluruh perbuatannya dibenarkan. Bila demikian, akan banyak yang tenggelam dalam kesalahan tanpa ada yang mengingatkan. Memprihatinkan bila demikian.
Baiklah, kembali pada sisi-sisi yang bisa
dikiritisi dari pernikahan Atta-Aurel. Sudah banyak yang menyoroti perisitiwa
ini dari sisi politis. Kritik bukan dilayangkan pada yang memiliki hajat sih.
Tapi pada sikap penguasa terhadap hajatan Atta-Aurel. Hal ini cukup sensitif
bagi masyarakat yang peduli pada ulama. Pasalnya hal ini dekat dengan momen
yang sama, pernikahan anak ulama yang mana perlakukan penguasa berbeda terhadap
keduanya.
Pernikahan anak ulama dipermasalahkan
atas nama covid-19, padahal acara kecil-kecilan. Sementara acaranya Atta-Aurel
yang lebih besar disambut meriah, bahkan diopinikan lembaga resmi negara.
Hubungan pekerja hiburan dengan pemerintahan apa? Terus terang sisi ini sangat
mencolok. Bagi yang peduli pasti geleng-geleng kepala. Betapa kita
dipertontonkan dengan ketidakadilan.
***
Kalau saya sendiri ingin membahasnya dari
sisi pendidikan. Pada sisi ini sorotan tertuju pada Atta-Aurel sendiri selaku
youtuber. Ketua PW PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Papua, Fritz
Haryadi menulis curhatan tentang kekesalannya pada konten youtube Atta Aurel.
Puncak kejengkelannya terasa saat muncul video pasca pernikahan Atta-Aurel
berjudul “Malam Pertama Atta dan Aurel”.
Video memperlihatkan kegiatan keduanya
usai resepsi pernikahan di malam hari, hingga di ranjang serta kegiatan esok
paginya. Di ranjang mereka berpelukan. Inilah sisi krusial yang makin membuat
si bapak geram.
Pak Fritz menyebutkan bahwa video
tersebut memang tidak menunjukkan konten porno, tapi tetap merupakan pembodohan
untuk generasi muda kita. “Kebodohan yang sudah terlalu lama dicekokkan kepada
generasi muda kita,” tulisnya.
Pak Fritz menceritakan kerja keras
isterinya sebagai guru SMP dalam mengcounter pengaruh buruk yang ditimbulkan
oleh channel youtube Atta Halilintar terhadap murid-murid sang isteri. Sebab
kebanyakan murid isterinya adalah subcribers Atta Halilintar. Anak-anak itu
menyukai konten-konten di Youtube Atta yang berisi prank, pamer mobil mewah,
pamer keseharian yang bergelimang kemewahan, dan ucapan ‘asiyaaap’.
Sudah 2 tahun isteri Pak Fritz memotivasi
siswa-siswanya lepas dari pengaruh buruk konten-konten semacam itu, yang
disebut Pak Fritz berada di kotak yang sama dengan sinetron, infotainment
gosip, hingga gerakan agama yang puritan radikal.
Bu guru mencoba menyadarkan
siswa-siswanya sesuai kemampuannya. Beliau katakan bahwa pulsa yang mereka
dapatkan dari keringat orang tua mereka hanya menguntungkan si youtuber,
sebaliknya merugikan mereka. Mereka rugi karena kehilangan waktu belajar hanya
demi menikmati khayalan hidup dengan kemewahan, mengikuti tren atau cuma sekedar
agar bisa nyambung ngobrol bareng teman. Ternyata kebanyakan mereka sebelumnya
tak menyadari kalau mereka menghasilkan uang buat Atta.
“Atta boleh kaya darimana saja, tapi
jangan dari anak-anak kita”, sebutnya.
***
Guru bersinggungan secara langsung dengan
peserta didik. Tugasnya mentransfer ilmu. Berinteraksi secara intens dengan
murid-muridnya. Ketika guru berpegang pada idealismenya, melihat anak didik
terpapar pengaruh buruk media, dia pasti bereaksi keras. Dalam kondisi
masyarakat saat ini yang cenderung individualis, isteri Pak Fritz paling masuk
akal bersikap empati pada anak-anak didiknya.
Namun jika dipandang secara manusiawi,
pada umumnya manusia memiliki naluri berkasih sayang, yang wujudnya berupa
kepedulian. Seperti Pak Fritz. Meski beliau hanya mendengar cerita dari
isterinya, tapi dia dapat merasakan hal yang sama. Sebab beliau pun seorang
ayah. Barangkali juga seorang abang atau adik dari seorang kakk perempuan.
Beliau manusia yang punya rasa peduli.
Tak ingin generasi muda sia-sia usianya hanya untuk nonton konten hiburan unfaedah.
Makanya wujud kepedulian beliau adalah melayangkan kritik lewat tulisan ke
publik. Sebab, hanya itu yang beliau mampu.
Atta-Aurel juga manusia. Memiliki naluri
yang sama ciptaan Allah swt. Memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian. Hal itu
tampak pada sikap mereka terhadap keluarga mereka sendiri. Atta memiliki banyak
adik. Demikian juga Aurel, memiliki satu adik lajang dan dua adik yang masih
kecil. Atta-Aurel pasti tak ingin keburukan menimpa adik-adik mereka.
Sebaliknya mereka ingin selalu melihat saudaranya berbahagia.
Bagaimana pemangku kebijakan, yang
sebenarnya memiliki kendali pada media, apa mereka tidak memiliki kepekaan. Ya,
mereka juga manusia. Sama. Memiliki anak-anak. Pasti tak ingin pengaruh buruk
menyerang keturunan mereka. Namun kenapa praktisi media hiburan seperti
youtuber dibiarkan saja mempertontonkan tayangan unfaedah bagi khalayak ramai?
Setidaknya ada beberapa alasan. Pertama,
standar baik buruk ataupun benar salah di kalangan masyarakat berbeda-beda. Ini
konsekuensi konsep kebebasan kebebasan yang diusung negeri kita. Masyarakat
dibiarkan berpegang pada pendapat pribadi masing-masing tanpa ada yang boleh
melarang, selama tidak menimbulkan kemarahan publik atau sangat sensitif dimata
sebagian besar orang.
Kalau Atta-Aurel dalam videonya sampai
buka-buka-an, bersentuhan yang ekstrim hingga menimbulkan reaksi publik secara
mayoritas, barulah itu disepakati sebagian besar orang sebagai keburukan. Sementara
bagi yang cenderung taat beragama atau merasa waktu para pelajar akan terbuang
sia-sia tanpa ilmu saat menonton video Atta Aurel yang sekedar belai-belaian
dan berpelukan di ranjang, ya akan menilai konten tersebut buruk.
Atta-Aurel sendiri menghasilkan uang dari
profesinya sebagai konten kreator. Video mereka juga kerap menyertakan keluarga
yang disitu ada adik-adik mereka. Video pasca pernikahan mereka menyiratkan kebahagiaan
yang ingin dibagikan. Atau ekspresi kebahagian yang ingin diungkapkan sekaligus
menambah pundi pundi dolar. Bukannya ‘kesuksesan’ mereka bisa jadi inspirasi
kawula muda agar meniru mereka, menjadi konten kreator yang sukses?
Kalau sudah begini, yang kontra mau
bilang apa? Cuma sekedar mampu ungkapkan pendapat pribadi semata kayak Pak Fritz.
Kedua, kepedulian terpinggirkan, kalah
dengan ego diri. Bisa jadi memang pemilik konten youtube yang unfaedah itu
sadar bahwa tayangan mereka nggak memberi makna berarti bagi penonton. Tapi
mereka ngeles, hanya memanfaatkan kekepoan penonton pada kehidupan glamour
mereka. Mereka pun mencoba membuat konten prank lalu banyak yang suka, ya
dilanjutin saja, sekedar meraup keuntungan. Namanya juga kerja. Hanya menghibur.
Penguasa juga tampaknya lebih terkesan
mengutamakan kepentingan diri sendiri. Tak ada teguran pada sejenis youtuber yang
disebut Pak Fritz sebagai bad influencer ini. Bahkan mereka diberi
pujian sebagai contoh anak muda sukses dan kreatif.
Sampai-sampai pernikahan si youtuber,
meski di masa pandemi dan tak ada hubungan dengan urusan kenegaraan, penguasa
mengapresiasinya dengan sangat luar biasa. Wajar jika ada yang curiga, bahwa
bisa jadi hal ini mengandung politik pencitraan.
***
Beginilah jadinya. Kita harus puas dengan
kehidupan penuh egoisme dan standar benar salah yang ambigu ini. Sebab kita
masih enggan melepaskan diri dari asas kehidupan sekulerisme. Paham sekuler
telah meminggirkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Alhasil manusia merasa
bebas berpendapat dan berbuat dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik.
Tak ada standar kehidupan yang jelas,
yang sejalan dengan fitrah penciptaan manusia sebagai hamba Allah swt. Hawa
nafsu di atas segalanya. Sementara yang menegur dengan alasan aturan agama akan
dicap munafik, mencampuri urusan orang lain, tidak toleran dan predikat-predikat
yang menyakitkan lainnya. Meski sebenarnya yang disampaikan adalah nasehat
kebaikan sesuai agama.
***
Padahal kaum muslimin sudah memiliki
Islam. Aturan Islam datang dari Yang Maha Sempurna Allah swt. Islam mengatur
kehidupan manusia agar sejalan dengan fitrah mereka. Islam mampu memenuhi
kebutuhan manusia secara bersamaan.
Dalam hal keberadaan media, hati nurani
semua orang tentu sepakat agar media hanya berisi yang baik-baik. Maka Islam
memberi standarnya, baik itu adalah yang baik menurut Allah swt sesuai al Quran
dan as sunnah.
Islam memiliki sistem politik media,
dimana negara wajib menjamin agar media hanya berisi info-info sesuai Islam
saja. Dipastikan konten hiburan tak akan menonjol sebagai tontonan penuh
kesia-sia-an.
Selain itu, masyarakat diizinkan untuk
meraih kekayaan. Karena Allah swt mengatakan kejarlah akhiratmu tetapi jangan lupakan
duniamu (QS. Al Qashash: 77). Tetapi mau kaya, harus tetap menjadikan Islam
sebagai panduannya. Bahkan politik ekonomi Islam mampu menjamin pemerataan
kekayaan.
Berkaitan dengan itu, sistem pendidikan
Islam akan memfasilitasi anak didik mendapatkan pendidikan yang gratis dan
berkualitas merata di semua sekolah. Pendidikan Islam memiliki kurikulum yang
serius membentuk pribadi taat serta ahli dalam sains dan teknologi. Hingga
hidup berkecukupan itu bukan hal yang sulit lagi seperti sekarang.
Pelaksanaan sistem politik Islam oleh
penguasa akan menjamin keluarga, sekolah dan masyarakat dapat bersinergi,
menciptakan individu bertakwa, masyarakat yang peduli dan negara yang
senantiasa mengurus serta melindungi rakyatnya dari kejahatan maupun maksiat.
Semua pembahasan ini bisa dipelajari dalam kitab-kitab siyasah tulisan Syekh Taqiyuddin An Nabhani seperti Kitab Aj hizatud Daulatul Khilafah, Nizhamul Iqtishady dan lainnya. Terakhir saya mau mengapresiasi Pak Fritz dan isteri atas kepeduliannya pada generasi muda. Buat para youtuber semoga tersadar untuk mencari uang dengan cara yang lebih elegan, daripada sekedar mempertontonkan prank dan hal-hal tak berguna lainnya. Paling penting, semoga kebangkitan Islam segera terwujud agar rahmat Islam menaungi semesta alam. Aamiin.
0 Comments
Post a Comment