![]() |
Di sore yang teduh,
terlihat keakraban Sholeha dan ibunya. Siswi SMP kelas 3 ini, dan ibu
tersayangnya duduk di teras, minum teh dan pisang goreng sambil ngobrol.
“Ummi..bener nggak sih
negara kita ini negara thaghut?”
“Sholeha ngerti apa itu
negara thaghut?”
“Negara setan-setan gitu
mi.”
Ummi tersenyum menatap
Sholeha.
“Film horor dong negara
kita ini..hehehe”
Sholeha ikut tertawa
“Memang Sholeha dengar yang
kayak gitu darimana?”
“Di sekolah kadang ada
pembicaraan kayak gitu, Sholeha diskusi sama kawan-kawan”
“Guru Sholeha juga ada
bilang, jangan dekat-dekat sama orang yang bilang negara kita berhukum pada
thaghut. Masak negara kita dibilang setan”
“Hemmm, biar ummi jelasin
ya nak. Pertama, kata thaghut itu ada loh dalam al Qur’an. Dalam Al Qur’an
surat an-Nisa ayat 60 disebutkan, “Apakah kamu
tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka
hendak berhakim kepada thaghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. “
Nah, selanjutnya kita mesti lihat tafsir
ayat itu, supaya kita mengerti maksud yang terkandung di dalamnya. Apa sih yang
dimaksud dengan thaghut?
Menurut ulama al-Ashfahani, thaghut artinya
tindakan melampaui batas dalam kedurhakaan. Menurut ulama al-Sa’di, thaghut
artinya setiap orang yang berhukum dengan selain syariah Allah.
Jadi, kalau sebuah negara nggak berhukum
sepenuhnya pada hukum Allah, berarti orang-orang dalam negara itu telah
melakukan perbuatan yang melampaui batas.
Sebutan negara thaghut negara setan itu kok
serem banget, seolah kata thaghut yang ada dalam al Qur’an itu kasar dan salah.
Padahal melalui ayat itu Allah mengingatkan orang beriman, sudah seharusnya
beriman diikuti ketaatan pada Allah sepenuhnya. Jangan cuma iman di hati dan di
mulut saja, tapi juga harus diwujudkan dalam perbuatan.
Menurut Shaleha sendiri gimana? Setuju
dengan yang ummi jelaskan tadi?”
“Negara kita kan mengakui Pancasila dan
bukan hukum Islam mi. Masak disebut negara thaghut, nggak enak banget
kedengarannya.”
“Saayaaaang, coba ummi
tanya, yang menciptakan kita siapa?”
“Allah”
“Tujuan hidup kita apa?”
“Beribadah kepada Allah”
“Lalu kalau kehidupan kita
nggak berjalan sesuai dengan hukum Allah, apa masih bisa dikatakan perbuatan
kita bernilai ibadah?”
“Yaaa, nggak mi”.
“Yakin nggak kalau Islam
itu adalah sebuah kebaikan?”
“Yakin mi. Kan Allah bilang
Islam itu rahmatan lil alamin.”
“Nah tu dia. Kita pasti
sedih, lihat banyak muslim yang saat ini gaul bebas, aliran sesat marak,
narkoba merajalela, kriminal rawan, pejabat kita pada korupsi, pokoknya banyak
deh keburukan yang terjadi karena Islam nggak ngatur hidup kita sepenuhnya.
Maka kalau ada umat Islam
yang pengen hidup dengan aturan Allah, itu semata-mata karena mereka ingin
melaksanakan kewajiban dari Allah dan berharap rahmat dari Allah. Allah
menjanjikan berkah dari langit dan bumi kalau kita iman dan takwa
sebenar-benarnya pada Allah.
Adanya aturan Islam bisa
menjaga akal manusia dari maksiat minuman keras, narkoba dan pornografi,
menjaga kehormatan perempuan dari seks bebas, menjaga akidah kita dari aliran
sesat, menjaga harta dan jiwa kita dari tindak kriminal. Masak nggak mau hidup
dalam kebaikan?
Lagipula, kalau kita maknai
Pancasila menurut Islam, maka sila pertama Ketuhanan Maha Esa, bermakna meng-Esakan
Allah sepenuhnya, yang hanya bisa diwujudkan dengan berhukum pada hukum Islam.
Nggak bertentangan toh?
Para ulama pejuang kemerdekaan
dulunya, membela tanah air Indonesia dengan semangat jihad fi sabilillah,
berjuang di jalan Allah. Bayangkan betapa sedihnya mereka andainya mereka hidup
di masa sekarang dan menyaksikan negeri Indonesia tercinta dikuasai asing,
sumber daya alamnya dimiliki asing,hidup rakyat Indonesiapun menjadi susah dan
kemaksiatan merajalela karena jauh dari hukum Allah. Kita mengakui bahwa negara
kita merdeka atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Masak berhukum dengan
hukum Allah nggak mau.”
“Bener juga ya mi. Lalu
gimana dengan agama lain mi? Kan negara kita terdiri dari banyak agama, suka
dan ras. Yang bisa mempersatukan kita kan karena Indonesia berprinsip Bhineka
Tunggal Ika?”
“Tenang aja nak. Ingat
tadi, Islam kan rahmatan lil ‘alamin. Jadi kalau hukum-hukum Islam dijalankan
semua, maka manusia baik muslim dan pemeluk agama lain serta alam semesta akan
mendapat kebaikan hidup. Islam akan menjaga nyawa muslim dan non muslim.
Islam melarang membunuh
nyawa tanpa hak. Islam akan menjaga harta muslim dan non muslim. Dilarang
mencuri dan pemberlakukan ekonomi Islam akan membuat hidup manusia sejahtera.
Hukuman bagi pencuri itu tegas, yaitu potong tangan. Jadi, bukan muslim aja
yang merasa aman, non muslim juga. Siapa sih yang nggak mau hidup dalam
kebaikan?”
“Gimana dengan ISIS ummi?
Begitukah gambaran negara Islam?”
“Shaleha percaya kalau hukum
Allah dijalankan seperti itu? Hayo diingat lagi, wa ma arsalnaka illa rahmatan
lil ‘alamin. Tidak Ku utus kau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi
semesta alam. Nggak ada alasan lain Allah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa
risalah Islam, selain untuk kebaikan penduduk bumi. Yakin deh seratus persen,
Islam itu kebaikan. Masak nggak percaya sama Allah?”
“Satu lagi mi. Gimana
dengan sejarah Islam yang bernoda?”
“Maksudnya?”
“Ia teman Shaleha pernah
dengar sejarah Islam yang nggak baik mi. Dulu zaman Khilafah, ada perebutan
kekuasaan, peperangan, pokoknya judulnya kelam deh mi sebut mereka.”
“Saat umat Islam inginkan
syariah dan Khilafah, itu bukan ingin mengulang sejarah kelam yang dulu, tapi
ingin melaksanakan perintah dan larangan Allah, ingin taat sepenuhnya pada
Allah, ingin menjalankan isi al Qur’an dan as sunnah.
Sejarah justru akan jadi pelajaran
penting bagi kita, bahwa sejarah kelam penyelewengan sebagian hukum Islam di
masa Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Utsmani jangan sampai diulangi lagi. Yang
harus diwujudkan adalah Khilafah ‘ala minhajjin nubuwwah, Khilafah dengan
metode kenabian.”
“Nak, sudah seharusnya kita
sebagai muslim meletakkan cinta tertinggi pada Allah dan RasulNya. Bukankah
kita ingin syurga? Ummi berharap kita akan berkumpul kembali di syurga Allah
kelak.”
“Jadi kita juga harus ikut
berjuang untuk menerapkan hukum Allah mi?”
“Ia nak. Supaya hidup kita
berkah dunia akhirat. Supaya negara kita dirahmati Allah Swt”
0 Comments
Post a Comment