Sunday, April 17, 2016

Negara Yang Dirahmati Allah Swt


alf-img.com 
Di sore yang teduh, terlihat keakraban Sholeha dan ibunya. Siswi SMP kelas 3 ini, dan ibu tersayangnya duduk di teras, minum teh dan pisang goreng sambil ngobrol.

“Ummi..bener nggak sih negara kita ini negara thaghut?”
“Sholeha ngerti apa itu negara thaghut?”
“Negara setan-setan gitu mi.”
Ummi tersenyum menatap Sholeha.
“Film horor dong negara kita ini..hehehe”
Sholeha ikut tertawa

“Memang Sholeha dengar yang kayak gitu darimana?”
“Di sekolah kadang ada pembicaraan kayak gitu, Sholeha diskusi sama kawan-kawan”

“Guru Sholeha juga ada bilang, jangan dekat-dekat sama orang yang bilang negara kita berhukum pada thaghut. Masak negara kita dibilang setan”

“Hemmm, biar ummi jelasin ya nak. Pertama, kata thaghut itu ada loh dalam al Qur’an. Dalam Al Qur’an surat an-Nisa ayat 60 disebutkan, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. “

Nah, selanjutnya kita mesti lihat tafsir ayat itu, supaya kita mengerti maksud yang terkandung di dalamnya. Apa sih yang dimaksud dengan thaghut?

Menurut ulama al-Ashfahani, thaghut artinya tindakan melampaui batas dalam kedurhakaan. Menurut ulama al-Sa’di, thaghut artinya setiap orang yang berhukum dengan selain syariah Allah.

Jadi, kalau sebuah negara nggak berhukum sepenuhnya pada hukum Allah, berarti orang-orang dalam negara itu telah melakukan perbuatan yang melampaui batas.

Sebutan negara thaghut negara setan itu kok serem banget, seolah kata thaghut yang ada dalam al Qur’an itu kasar dan salah. Padahal melalui ayat itu Allah mengingatkan orang beriman, sudah seharusnya beriman diikuti ketaatan pada Allah sepenuhnya. Jangan cuma iman di hati dan di mulut saja, tapi juga harus diwujudkan dalam perbuatan.

Menurut Shaleha sendiri gimana? Setuju dengan yang ummi jelaskan tadi?”

“Negara kita kan mengakui Pancasila dan bukan hukum Islam mi. Masak disebut negara thaghut, nggak enak banget kedengarannya.”

“Saayaaaang, coba ummi tanya, yang menciptakan kita siapa?”
“Allah”
“Tujuan hidup kita apa?”
“Beribadah kepada Allah”
“Lalu kalau kehidupan kita nggak berjalan sesuai dengan hukum Allah, apa masih bisa dikatakan perbuatan kita bernilai ibadah?”
“Yaaa, nggak mi”.
“Yakin nggak kalau Islam itu adalah sebuah kebaikan?”
“Yakin mi. Kan Allah bilang Islam itu rahmatan lil alamin.”

“Nah tu dia. Kita pasti sedih, lihat banyak muslim yang saat ini gaul bebas, aliran sesat marak, narkoba merajalela, kriminal rawan, pejabat kita pada korupsi, pokoknya banyak deh keburukan yang terjadi karena Islam nggak ngatur hidup kita sepenuhnya.

Maka kalau ada umat Islam yang pengen hidup dengan aturan Allah, itu semata-mata karena mereka ingin melaksanakan kewajiban dari Allah dan berharap rahmat dari Allah. Allah menjanjikan berkah dari langit dan bumi kalau kita iman dan takwa sebenar-benarnya pada Allah.

Adanya aturan Islam bisa menjaga akal manusia dari maksiat minuman keras, narkoba dan pornografi, menjaga kehormatan perempuan dari seks bebas, menjaga akidah kita dari aliran sesat, menjaga harta dan jiwa kita dari tindak kriminal. Masak nggak mau hidup dalam kebaikan?

Lagipula, kalau kita maknai Pancasila menurut Islam, maka sila pertama Ketuhanan Maha Esa, bermakna meng-Esakan Allah sepenuhnya, yang hanya bisa diwujudkan dengan berhukum pada hukum Islam. Nggak bertentangan toh?

Para ulama pejuang kemerdekaan dulunya, membela tanah air Indonesia dengan semangat jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Allah. Bayangkan betapa sedihnya mereka andainya mereka hidup di masa sekarang dan menyaksikan negeri Indonesia tercinta dikuasai asing, sumber daya alamnya dimiliki asing,hidup rakyat Indonesiapun menjadi susah dan kemaksiatan merajalela karena jauh dari hukum Allah. Kita mengakui bahwa negara kita merdeka atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Masak berhukum dengan hukum Allah nggak mau.”

“Bener juga ya mi. Lalu gimana dengan agama lain mi? Kan negara kita terdiri dari banyak agama, suka dan ras. Yang bisa mempersatukan kita kan karena Indonesia berprinsip Bhineka Tunggal Ika?”

“Tenang aja nak. Ingat tadi, Islam kan rahmatan lil ‘alamin. Jadi kalau hukum-hukum Islam dijalankan semua, maka manusia baik muslim dan pemeluk agama lain serta alam semesta akan mendapat kebaikan hidup. Islam akan menjaga nyawa muslim dan non muslim.

Islam melarang membunuh nyawa tanpa hak. Islam akan menjaga harta muslim dan non muslim. Dilarang mencuri dan pemberlakukan ekonomi Islam akan membuat hidup manusia sejahtera. Hukuman bagi pencuri itu tegas, yaitu potong tangan. Jadi, bukan muslim aja yang merasa aman, non muslim juga. Siapa sih yang nggak mau hidup dalam kebaikan?”
“Gimana dengan ISIS ummi? Begitukah gambaran negara Islam?”

“Shaleha percaya kalau hukum Allah dijalankan seperti itu? Hayo diingat lagi, wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin. Tidak Ku utus kau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Nggak ada alasan lain Allah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa risalah Islam, selain untuk kebaikan penduduk bumi. Yakin deh seratus persen, Islam itu kebaikan. Masak nggak percaya sama Allah?”

“Satu lagi mi. Gimana dengan sejarah Islam yang bernoda?”
“Maksudnya?”

“Ia teman Shaleha pernah dengar sejarah Islam yang nggak baik mi. Dulu zaman Khilafah, ada perebutan kekuasaan, peperangan, pokoknya judulnya kelam deh mi sebut mereka.”
“Saat umat Islam inginkan syariah dan Khilafah, itu bukan ingin mengulang sejarah kelam yang dulu, tapi ingin melaksanakan perintah dan larangan Allah, ingin taat sepenuhnya pada Allah, ingin menjalankan isi al Qur’an dan as sunnah.

Sejarah justru akan jadi pelajaran penting bagi kita, bahwa sejarah kelam penyelewengan sebagian hukum Islam di masa Khilafah Umayyah, Abbasiyah dan Utsmani jangan sampai diulangi lagi. Yang harus diwujudkan adalah Khilafah ‘ala minhajjin nubuwwah, Khilafah dengan metode kenabian.”

“Nak, sudah seharusnya kita sebagai muslim meletakkan cinta tertinggi pada Allah dan RasulNya. Bukankah kita ingin syurga? Ummi berharap kita akan berkumpul kembali di syurga Allah kelak.”

“Jadi kita juga harus ikut berjuang untuk menerapkan hukum Allah mi?”

“Ia nak. Supaya hidup kita berkah dunia akhirat. Supaya negara kita dirahmati Allah Swt”

0 Comments

Post a Comment