Ujian pasangan ini tak jauh beda dengan
yang aku dan suamiku alami. Jika kami belum memiliki anak hingga 9 tahun
pernikahan, mereka lebih lama lagi, 12 tahun. Bedanya, ujian mereka yang satu
itu sudah selesai, untuk berpindah pada ujian hidup yang lainnya.
Alhamdulillah, setelah penantian panjang
selama 12 tahun, akhirnya Allah swt memberi amanah anak pada pasangan suami
isteri bernama Yunus dan Widya ini. Sekitar 4 bulan lalu anak pertama mereka
yang diberi nama Yusuf, lahir.
Pengalaman mereka menghadapi ujian belum memiliki keturunan, diceritakan kepada Ustaz Fatih Karim dan isterinya Ummu Sajjad di channel youtube Cinta Quran TV.
Obrolannya dibuat ke dalam dua video.
Video yang aku dengarkan, saat ngobrol bareng Ummu Sajjad. Yunus dan Widya
lebih banyak menceritakan sisi spiritual perjuangan mereka ketimbang upaya
duniawinya.
***
Pada
dasarnya Yunus dan Widya adalah pribadi baik, yang sejak awal menikah bertujuan
ibadah. Jadi mereka tampak lebih mudah menghadapi ujian itu. Belum memiliki
keturunan, cobaannya bukan hanya rasa rindu dengan kehadiran anak dalam
keluarga.
Pasangan juga dihadapkan pada tekanan orang
sekitar. Dari keluarga, teman dan kenalan. Paham dong ya, yang aku maksud.
Sudah jadi ciri interaksi di masyarakat kita soalnya, memiliki tingkat
kepedulian tinggi yang cenderung ke arah nyinyir. Entah tanpa sadar, kita
sendiri pernah nyinyirin orang. Astaghfirullah.
Biasanya dapat pertanyaan, “udah
berapa anaknya?”
“Kok belum, udah berapa lama nikahnya?”
Cepatlah, ngapain lama-lama?
Kapan punya anaknya? (kayak kita bisa
ngatur aja kapan punya anak)
Usahalah!!! (Ini juga parah. Belum tanya
kita udah usaha apa saja, langsung bilang seperti itu)
Yang pernah ngerasain, pasti tahu rasanya
nggak enak banget digituin. Yang sering nanyain model gituan, lebih empati lagi
deh ya. Lebih hati-hati berbuat. Lihat situasi dan kondisi. Biar nggak nyakiti.
Yunus dan Widya pun mengalami hal itu.
Terutama Widya. Karena umumnya yang dianggap bermasalah adalah isteri. Widya
ngaku baper juga saat mengalami hal itu.
Tapi dia langsung ingat Allah swt. Mengubah
baper jadi husnuzhan. Yakin Allah swt pasti ngasih anak suatu saat nanti. Lalu
pada orang-orang yang menanyakan tentang anak, dia minta doa pada mereka.
Widya merasa selama ini Allah swt sudah
sangat baik padanya. Nikmat Allah swt banyak sekali untuknya. Dia dikasih suami
yang baik oleh Allah swt. Dikasih kehidupan pernikahan yang baik juga. Masak
hanya karena satu nikmat ini belum diberi, lantas marah. Jadi Yunus dan Widya
sepakat untuk tidak berputus asa.
Mereka saling menguatkan dalam menghadapi
ujian ini. Saling mengingatkan agar selalu bersyukur dan bersabar. Terus melakukan
ikhtiar dunia dan langit semaksimal mungkin. Ke dokter, sembari hati tetap
bersama Allah swt.
***
Dalam melakukan ikhtiar langit, ada
sejumlah hal yang dilakukan pasangan ini. Tanpa bermaksud mengumbar amal salih,
melainkan untuk memberi inspirasi.
Pertama, mempertebal keimanan. Dokter bilang mereka sulit punya anak.
Tapi mereka memupuk terus keyakinan pada Allah swt. Tidak ada yang tidak
mungkin jika Allah swt berkehendak.
Jadi mereka bergantung sepenuhnya pada
Allah swt. Hidup dan mati hanya untuk Allah swt.
Kedua, doa dan salat.
Ketiga, birul walidain.
Mereka terus melakukan amal-amal yang
disenangi Allah swt. Salah satunya menyenangkan hati orangtua sebagai wujud
bakti mereka. Mereka pun mengajak orangtua mereka untuk umrah.
Keempat, minta doa orang-orang salih.
Seperti pada penghafal quran.
Kelima, sedekah.
Jenis sedekah yang dilakukan utamanya adalah
memberi makan. Sebab menurut mereka, yang sedang diminta berhubungan dengan
memberi kehidupan. Sehingga mereka ada agenda memberi makan orang secara harian
dan bulanan.
Ikhtiar ke dokter pun dirasakan mudah
tahap demi tahapnya. Sampai akhirnya kehamilan yang ditunggu-tunggu itu tiba.
Widya bilang rasanya seperti mimpi. Sangat bersyukur pada Allah swt.
***
Masya allah. Setiap peristiwa menjadi
pelajaran buat siapa saja yang mau mengambil pelajaran. Pada yang telah diberi
keturunan hendaklah bersyukur pada Allah swt.
Caranya dengan merawat serta mendidikan
amanah Allah itu sesuai syariatNya. Jangan sampai saat belum diberi, memelas
luar biasa pada Allah swt. Sudah diberi, anak dibentak-bentak dan dirawat
asal-asalan. Jangan sampai dong ya.
Ingatlah, masih banyak pasangan yang
berharap keturunan. Termasuk aku dan suamiku. Semoga kita-kita para pejuang dua
garis ini tetap semangat ikhtiar dalam taat.
Selalu memohon kekuatan dan kesabaran pada Allah swt. Allah swt hanya minta taat, sebagai syarat mendapat pertolonganNya. Jangan pula justru ujian merusak pernikahan, saling menyalahkan, tidak akur. Na’udzubillah. Perbanyak istighfar juga deh.
Menunggu kehadiran anak dalam sebuah pernikahan memang butuh kesabaran. Saya pernah mengalaminya. selamat pagi, Mbak.
ReplyDeletepagi mbak.. sabar harta berharga bagi kita ya mbak
Delete