Alhamdulillah,
Konferensi Islam dan Peradaban Sumatera Utara yang digagas oleh Hizbut Tahrir
Indonesia telah sukses dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2014 di Selecta
Convention Hall Medan. Ini merupakan rangkaian acara nasional yang diadakan
oleh HTI di lebih dari 60 kota di Indonesia sejak akhir bulan Mei hingga minggu
pertama bulan Juni 2014. Hizbut Tahrir merupakan sebuah partai politik non
parlemen yang bergerak ditengah-tengah masyarakat dalam rangka mengembalikan
kehidupan Islam. Maka acara ini diselenggarakan sebagai sarana dakwah atau
pendidikan politik Islam bagi masyarakat muslim Sumut.

Hadir dalam acara tersebut sekitar 2800 peserta dari berbagai kalangan seperti ulama, tokoh masyarakat, mubaligh/ mubalighah, akademisi, mahasiswa dan pengusaha. Mereka hadir dengan dorongan keimanan karena ajakan datang dari partai politik yang memperjuangkan Islam, sekaligus rasa ingin tahu atas langkah perjuangan HTI serta ide-ide yang diperjuangkannya. Teristimewa, diantara 2800 peserta yang memenuhi gedung selecta saat itu, hadir pula Wakil Gubernur Sumut Tengku Eri Nuradi. Beliau mengikuti acara dengan khusyuk dari awal hingga akhir. Kehadiran beliau sekaligus menguatkan bahwa ide khilafah dapat diterima oleh muslim manapun.
Tema yang
diangkat serentak diseluruh Indonesia yaitu Indonesia Milik Allah, saatnya
Khilafah menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal. Lewat acara akbar
ini, HTI ingin menyampaikan bahwa kaum muslim tidak layak menghendaki sistem
kehidupan apapun selain Islam. Sebab langit dan bumi serta apa-apa yang ada
diantaranya adalah milik Allah. Demikian pula Indonesia adalah milik Allah.
Allah SWT berfirman didalam kalamNya :
”Kepunyaan-Nya-lah
semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan
semua yang di bawah tanah”. (QS. At Thaha : 6).
Kemudian,
disampaikan pula kalau ide demokrasi bertentangan dengan Islam. Pertentangan
itu tampak pada beberapa hal diantaranya, demokrasi mengandung konsep suara
mayoritas. Menurut demokrasi, aturan kehidupan bermasyarakat dilaksanakan
berdasarkan pendapat mayoritas yang diwakili oleh anggota parlemen. Sementara
Islam menyatakan bahwa aturan kehidupan harus dilaksanakan sesuai petunjuk Al
Qur’an dan As sunnah. Sebagai contoh, Islam mengharamkan segala bentuk sarana
perusak akal termasuk minuman keras. Maka Islam melarang keras adanya peredaran
minuman keras. Namun karena suara mayoritas menyatakan minuman keras boleh
diminum, akhirnya lahirlah Undang-Undang yang mengizikan peredaran minuman
keras.
Demikian
dengan sistem ekonomi liberal sebagai turunan demokrasi berasaskan sekulerisme
yang bertentangan pula dengan Islam. Sebab dalam sistem ekonomi liberal manusia
dibebaskan untuk memiliki apa saja selama ia memiliki uang. Maka wajar saat ini
yang kuat menindas yang lemah. Yang kaya semakin kaya. Yang miskin semakin
melarat. Sementara Islam mengatur tentang kepemilikan yang memungkinan harta
beredar dimasyarakat secara merata.
Kesimpulan
didapatkan, bahwa Islam tidak dapat berjalan beriringan dengan demokrasi. Islam
harus dilaksanakan seutuhnya. Sebaliknya demokrasi dan sistem ekonomi liberal
harus dicampakkan kedalam keranjang sampah peradaban. Diakhir acara, HTI
mengajak para peserta KIP berkomitmen untuk mendidik diri dengan Islam seraya
bersama-sama dengan HTI berada dalam barisan perjuangan penegakan syariah dan
khilafah. Semoga pejuang Islam akan terus bertambah hingga Islam benar-benar
tegak. Karena, Indonesia milik Allah. Wallahu a’lam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar